Mardanu: Seorang Kakek yang Mencari Pujian yang Berarti
Mardanu, seperti kebanyakan lelaki, senang mendapatkan pujian. Namun, dia merasa risi dan seperti terbebani ketika pujian yang dia terima tidak adil. Dia merasa bahwa pujian yang dia terima sering kali tidak beralasan dan sering kali diiringi dengan acungan jempol. Ketika dia berolahraga pagi hari, orang-orang akan memujinya, mengatakan bahwa dia masih segar dan berjalan tegak dengan kaki yang kuat. Kedua anak Mardanu, yang menjadi pemilik kios kelontong dan sopir truk semen, juga menjadi bahan pujian. Mardanu bahkan merasa bahwa burung kutilang yang dia pelihara juga menjadi bahan pujian. Namun, Mardanu tidak mengerti mengapa dia sering kali mendapatkan pujian hanya karena beberapa hal yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dia merasa bahwa pujian hanya pantas diberikan kepada orang yang telah melakukan pekerjaan luar biasa dan berharga dalam kehidupan. Mardanu merasa bahwa dia belum pernah melakukan pekerjaan seperti itu sejak dia masih muda. Dia merasa bahwa pujian yang dia terima seperti menyindir-nyindirnya dan membuatnya merasa tidak puas. Dia ingin mendapatkan pujian yang berarti dan adil, bukan hanya karena beberapa hal yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Mardanu ingin mendapatkan pengakuan atas pekerjaan dan dedikasinya dalam kehidupan.