Ibu, Pahlawanku Sejati
Ibu. Hanya satu kata, namun menyimpan sejuta makna. Bagiku, Ibu bukan sekadar wanita yang melahirkanku, tetapi pahlawanku sejati. Ia tak pernah mengenakan jubah kebesaran atau memegang senjata, namun kekuatannya melebihi apa pun yang pernah kulihat. Setiap hari, Ibu berjuang. Perjuangannya bukan di medan perang, melainkan di dapur, di ladang, di sekolah, di mana pun ia dibutuhkan. Ia bangun pagi sebelum matahari terbit, menyiapkan sarapan untukku dan ayah, lalu bergegas ke pasar untuk membeli bahan makanan. Sepulang dari pasar, ia langsung mengurus pekerjaan rumah tangga, mencuci, memasak, dan membersihkan rumah. Sore harinya, ia masih menyempatkan diri untuk membantuku belajar, mendengarkan keluh kesahku, dan memberikan nasihat bijak. Malamnya, setelah semua pekerjaan selesai, ia baru beristirahat. Kelelahan tampak jelas di wajahnya, namun senyumnya tak pernah pudar. Ia selalu optimis, selalu menyemangatiku untuk meraih cita-cita. Ketika aku jatuh sakit, ia merawatku dengan penuh kasih sayang, tanpa kenal lelah. Ia rela mengorbankan waktu dan tenaganya demi kebahagiaanku. Ibu tak pernah meminta imbalan atas pengorbanannya. Baginya, melihat anak-anaknya bahagia adalah hadiah terbesar. Kasih sayangnya begitu besar, begitu tulus, dan begitu tak ternilai harganya. Ia adalah teladanku, inspirasiku, dan pahlawanku. Melalui perjuangannya, aku belajar arti kesabaran, keuletan, dan pengorbanan. Aku berjanji akan selalu membanggakannya. Ibu, terima kasih atas segalanya. Cintaku untukmu tak akan pernah berakhir. Engkau pahlawanku, selamanya.