Sumber Sanksi Norma Kesopanan: Tinjauan Sosiologis dan Psikologis
Norma kesopanan merupakan aturan-aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku manusia dalam berinteraksi dengan orang lain. Norma ini menjadi pedoman dalam membangun hubungan sosial yang harmonis dan tertib. Sanksi norma kesopanan merupakan konsekuensi yang diterima oleh individu yang melanggar norma tersebut. Sanksi ini dapat berupa teguran, cemoohan, pengucilan, hingga hukuman fisik.
Sumber Sanksi Norma Kesopanan: Tinjauan Sosiologis
Dari perspektif sosiologis, sumber sanksi norma kesopanan berasal dari struktur sosial dan budaya masyarakat. Masyarakat memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Nilai-nilai ini menjadi dasar bagi norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Sanksi norma kesopanan merupakan mekanisme kontrol sosial yang bertujuan untuk menjaga stabilitas dan ketertiban dalam masyarakat.
Sanksi norma kesopanan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti:
* Keluarga: Keluarga merupakan agen sosialisasi pertama yang mengajarkan norma kesopanan kepada anak-anak. Sanksi yang diberikan oleh keluarga biasanya berupa teguran, hukuman ringan, atau pengucilan sementara.
* Teman sebaya: Teman sebaya juga memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku individu. Sanksi yang diberikan oleh teman sebaya biasanya berupa cemoohan, pengucilan, atau pemboikotan.
* Lembaga sosial: Lembaga sosial seperti sekolah, tempat kerja, dan organisasi masyarakat juga memiliki aturan-aturan yang mengatur perilaku individu. Sanksi yang diberikan oleh lembaga sosial biasanya berupa teguran, peringatan, atau pemecatan.
* Masyarakat: Masyarakat secara keseluruhan juga memiliki peran dalam memberikan sanksi norma kesopanan. Sanksi yang diberikan oleh masyarakat biasanya berupa cemoohan, pengucilan, atau bahkan kekerasan fisik.
Sumber Sanksi Norma Kesopanan: Tinjauan Psikologis
Dari perspektif psikologis, sumber sanksi norma kesopanan berasal dari proses internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial. Individu yang telah menginternalisasi norma kesopanan akan merasa bersalah atau malu jika melanggarnya. Rasa bersalah dan malu ini merupakan bentuk sanksi internal yang mendorong individu untuk mematuhi norma kesopanan.
Sanksi internal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
* Perkembangan moral: Perkembangan moral individu akan mempengaruhi tingkat internalisasi norma kesopanan. Individu yang memiliki perkembangan moral yang tinggi akan lebih mudah menginternalisasi norma kesopanan dan merasa bersalah jika melanggarnya.
* Empati: Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Individu yang memiliki empati yang tinggi akan lebih mudah memahami dampak negatif dari pelanggaran norma kesopanan dan merasa bersalah jika melanggarnya.
* Rasa tanggung jawab: Rasa tanggung jawab merupakan kesadaran akan kewajiban dan konsekuensi dari tindakan seseorang. Individu yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi akan lebih mudah menginternalisasi norma kesopanan dan merasa bersalah jika melanggarnya.
Kesimpulan
Sanksi norma kesopanan merupakan mekanisme penting dalam menjaga ketertiban dan stabilitas dalam masyarakat. Sanksi ini berasal dari berbagai sumber, baik dari struktur sosial dan budaya masyarakat maupun dari proses internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial. Sanksi norma kesopanan dapat berupa teguran, cemoohan, pengucilan, hingga hukuman fisik. Sanksi ini bertujuan untuk mendorong individu untuk mematuhi norma kesopanan dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.