Suara Rimba di Tengah Kota **
Mentari sore mulai meredup, menyapa langit dengan warna jingga yang lembut. Di sebuah taman kota yang ramai, seorang nenek tua duduk di bangku kayu, matanya menatap langit senja. Di tangannya, sebuah buku tua dengan sampul usang tergenggam erat. Di halaman buku itu, terukir aksara-aksara yang tak lagi familiar bagi kebanyakan orang. Aksara itu adalah bahasa daerahnya, bahasa yang telah lama terlupakan di tengah gemerlap modernitas. Nenek itu bernama Nini. Ia adalah satu dari sedikit orang yang masih fasih berbahasa daerahnya. Ia ingat masa kecilnya, ketika bahasa itu menjadi bahasa sehari-hari, bahasa yang digunakan untuk bercerita, bernyanyi, dan bercanda. Namun, seiring berjalannya waktu, bahasa itu mulai terpinggirkan. Anak-anak lebih tertarik dengan bahasa asing, bahasa yang dianggap lebih modern dan bergengsi. Nini merasa sedih melihat bahasa daerahnya perlahan-lahan terlupakan. Ia khawatir, jika tidak ada yang melestarikannya, bahasa itu akan hilang selamanya. Ia pun memutuskan untuk menulis buku tentang bahasa daerahnya, sebuah buku yang berisi cerita rakyat, pantun, dan lagu-lagu tradisional. Ia berharap, buku itu dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai bahasa daerahnya. Suatu hari, seorang anak laki-laki bernama Rian, yang sedang bermain di taman, melihat Nini sedang membaca buku. Rian penasaran dengan buku itu, karena aksara yang tertulis di dalamnya sangat berbeda dengan aksara yang ia pelajari di sekolah. Nini pun bercerita tentang bahasa daerahnya, tentang keindahan dan makna yang terkandung di dalamnya. Rian terkesima dengan cerita Nini. Ia baru menyadari bahwa bahasa daerahnya memiliki nilai sejarah dan budaya yang begitu tinggi. Ia pun berjanji untuk belajar bahasa daerahnya, untuk melestarikan warisan budaya leluhurnya. Sejak hari itu, Rian rajin belajar bahasa daerahnya dari Nini. Ia juga mengajak teman-temannya untuk belajar bersama. Mereka belajar membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa daerah. Mereka juga ikut serta dalam kegiatan pelestarian budaya, seperti menyanyikan lagu-lagu tradisional dan menampilkan tarian daerah. Perjuangan Nini untuk melestarikan bahasa daerahnya akhirnya membuahkan hasil. Generasi muda mulai tertarik untuk belajar dan menggunakan bahasa daerahnya. Suara rimba yang hampir terlupakan itu kembali bergema di tengah hiruk pikuk kota. Pesan:** Cerita ini mengingatkan kita bahwa bahasa daerah adalah bagian penting dari identitas budaya kita. Melestarikan bahasa daerah berarti melestarikan warisan budaya leluhur kita. Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan bahasa daerah kita, agar suara rimba tetap bergema di tengah kota.