Perbandingan Ijma Qath'i dan Ijma Zhanni dalam Yurisprudensi Islam
Perbandingan Ijma Qath'i dan Ijma Zhanni
Ijma merupakan salah satu sumber hukum dalam yurisprudensi Islam yang merujuk pada kesepakatan para ulama tentang suatu masalah hukum setelah era Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ini, Ijma dibagi menjadi dua jenis, yaitu Ijma Qath'i dan Ijma Zhanni. Kedua jenis Ijma ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal sifat, kekuatan hukum, dan proses pembentukannya.
Sifat dan Kekuatan Hukum Ijma Qath'i
Ijma Qath'i adalah jenis Ijma yang memiliki sifat definitif dan mutlak. Ini berarti bahwa kesepakatan yang dicapai dalam Ijma Qath'i tidak dapat digugat atau diubah. Ijma Qath'i biasanya terbentuk berdasarkan dalil-dalil yang qath'i, baik dari Al-Qur'an maupun Hadits. Oleh karena itu, kekuatan hukum dari Ijma Qath'i sangat kuat dan mengikat, dan dianggap sebagai hukum yang sah dalam yurisprudensi Islam.
Proses Pembentukan Ijma Qath'i
Proses pembentukan Ijma Qath'i melibatkan kesepakatan para ulama yang mencakup seluruh aspek hukum yang dibahas. Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan pendapat atau perselisihan di antara para ulama dalam masalah yang menjadi subjek Ijma Qath'i. Proses ini biasanya melibatkan diskusi dan debat yang mendalam dan komprehensif, dengan tujuan mencapai kesepakatan yang definitif dan mutlak.
Sifat dan Kekuatan Hukum Ijma Zhanni
Sebaliknya, Ijma Zhanni adalah jenis Ijma yang memiliki sifat zhanni atau dugaan. Ini berarti bahwa kesepakatan yang dicapai dalam Ijma Zhanni dapat digugat atau diubah jika ada dalil baru yang muncul. Ijma Zhanni biasanya terbentuk berdasarkan dalil-dalil yang zhanni, yang berarti dalil tersebut memiliki beberapa kemungkinan interpretasi. Oleh karena itu, kekuatan hukum dari Ijma Zhanni lebih lemah dibandingkan dengan Ijma Qath'i, dan dapat berubah seiring dengan perkembangan pemikiran dan penemuan dalil baru.
Proses Pembentukan Ijma Zhanni
Proses pembentukan Ijma Zhanni melibatkan kesepakatan mayoritas ulama, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan pendapat atau perselisihan. Ini berarti bahwa meskipun mayoritas ulama sepakat tentang suatu masalah, masih ada kemungkinan adanya ulama yang memiliki pendapat berbeda. Proses ini biasanya melibatkan diskusi dan debat yang lebih terbuka, dengan tujuan mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh mayoritas ulama.
Dalam yurisprudensi Islam, baik Ijma Qath'i maupun Ijma Zhanni memiliki peran penting dalam pembentukan hukum. Meskipun keduanya memiliki perbedaan dalam sifat, kekuatan hukum, dan proses pembentukannya, keduanya tetap dihargai dan diakui sebagai sumber hukum yang sah. Dengan demikian, pemahaman yang baik tentang perbedaan antara Ijma Qath'i dan Ijma Zhanni sangat penting untuk memahami bagaimana hukum dibentuk dan diterapkan dalam yurisprudensi Islam.