Kekhawatiran dan Perjuangan Laskar Bacukiki di Tengah Konflik di Makassar
Kabar duka datang dari Makassar, dengan serangkaian kejadian yang mengguncang hati. Kabar pertama datang dari Borong dan Batua, tempat diduga berlindungnya pemberontak. Kemudian, kabar buruk itu menyebar ke Gowa dan Takalar. Tidak ada yang luput dari dampaknya, dan korban jiwa terus bertambah. Di tengah kekacauan ini, Laskar Bacukiki berjuang untuk melindungi masyarakat. Sebagai pimpinan Laskar Bacukiki, saya merasa bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan anggota laskar dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, saya meminta anak-anak untuk belajar di rumah dan tidak menghadiri aktivitas mengaji di langgar. Kami mengadakan rapat hampir setiap malam, menjelang waktu isya. Rapat ini bukan sekadar rapat biasa, tapi juga merupakan bentuk keberanian dan kepedulian kami. Meskipun kami kalah jumlah dan senjata, semangat perjuangan kami tidak pernah padam. Kecemasan dan kekhawatiran melanda setiap anggota laskar. Saya sendiri merasa khawatir tidak hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk istri saya yang baru menikah dan mungkin sedang hamil. Bayangan perjuangan sebelum kemerdekaan, keluarga saya, dan ingatan-ingatan lainnya memberi saya kekuatan untuk terus berjuang. Di tengah kegelapan, teriakan tolong dari anak saya, Akbar, terdengar dalam benak saya. Itu adalah panggilan untuk terus berjuang dan melindungi mereka yang kita cintai. Kami sadar bahwa perjuangan ini tidak mudah. Namun, kami tetap teguh dalam keyakinan kami bahwa keadilan dan kebebasan akan datang. Kami berharap agar masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar mereka. Kami berharap agar situasi segera pulih dan damai kembali. Kami berharap agar anak-anak dapat kembali ke sekolah dan belajar dengan tenang. Kami berharap agar kehidupan kembali normal dan kebahagiaan dapat dirasakan oleh semua. Kami tidak akan menyerah. Kami akan terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik.