Di Bawah Pohon Matoa Uncen **
** Sinar mentari siang menyapa kulitku, hangat dan lembut. Aku berdiri di bawah pohon matoa tua di Uncen, dedaunannya rimbun menaungi aku dari teriknya matahari. Aroma manis buah matoa yang matang tercium samar-samar, mengundangku untuk mendekat. Pohon ini bagaikan saksi bisu perjalanan panjang Uncen. Ia telah melihat mahasiswa berlalu lalang, berdiskusi, dan bermimpi di bawah naungannya. Ia telah mendengar tawa dan tangis, suka dan duka, yang terukir dalam setiap dedaunannya. Aku terhanyut dalam lamunan, membayangkan masa-masa ketika pohon ini masih muda, tumbuh bersama Uncen. Aku membayangkan para mahasiswa pertama yang duduk di bawahnya, bersemangat menimba ilmu. Aku membayangkan para dosen yang berdebat sengit, melahirkan ide-ide cemerlang. Di bawah pohon matoa ini, aku merasakan semangat Uncen mengalir dalam diriku. Semangat untuk belajar, untuk berkarya, untuk membangun masa depan yang lebih baik. Semangat yang tak lekang oleh waktu, yang terus terjaga dari generasi ke generasi. Saat angin berhembus, daun-daun matoa berdesir lembut, seakan berbisik tentang kisah-kisah yang terukir di dalam batangnya. Kisah-kisah tentang perjuangan, tentang mimpi, tentang harapan. Kisah-kisah yang menginspirasiku untuk terus melangkah maju, untuk meraih cita-cita yang tinggi. Aku berjanji akan selalu mengingat pohon matoa ini, sebagai simbol semangat Uncen yang tak terpadamkan. Semangat yang akan terus membimbingku dalam menjalani perjalanan hidup, menuju masa depan yang cerah.