Restorasi Meiji dan Modernisasi Jepang: Sejarah Singkat

(292 votes)

Pendahuluan: Restorasi Meiji adalah titik balik penting dalam sejarah Jepang, menandai awal modernisasi negara tersebut. Sebelum era modern, Jepang adalah sebuah negara feodal yang diperintahkan oleh kaisar, shogun, dan daimyo. Periode ini ditandai oleh perebutan kekuasaan antara shogun dan kaisar, serta antara daimyo dan kaisar. Sejarah: Hubungan Jepang dengan dunia Barat dimulai pada abad ke-16, ketika para misionaris dan pedagang dari Serikat Yesus (SJ) dari Portugal tiba di Jepang. Namun tahun 1639, Shogun Tokugawa mengeluarkan kebijakan Sakoku, yang melarang orang asing masuk ke Jepang dan orang Jepang meninggalkan Jepang. Meskipun demikian, Jepang tidak sepenuhnya terisolasi dari dunia luar, karena beberapa negara masih diizinkan menjalin hubungan ekonomi dengan Jepang, seperti Belanda, Cina, dan Korea. Pada tahun 1852, Komodor James Biddle, yang dikirim oleh pemerintah Amerika Serikat untuk membuka perdagangan, gagal mencapai tujuannya. Namun, ia membuat rekomendasi kepada Kongres Amerika yang membuka jalan bagi keberhasilan misi Mathew C Perry. Pada tahun 1853, Perry dan skuadronnya tiba di Edo (Tokyo awal) dengan kekuatan bersenjata empat kapal uap bersenjata lengkap dan dua kapal perang dengan persenjataan lengkap. Perry menolak permintaan Shogun Tokugawa untuk berangkat ke Nagasaki dan meminta izin untuk menyerahkan surat dari Presiden Amerika Serikat. Setelah beberapa negosiasi, Jepang menandatangani perjanjian yang memenuhi semua tuntutan Amerika Serikat. Kebijakan Sakoku: Kebijakan Sakoku, atau "negara tertutup," diterapkan selama dua setengah abad (1639-1854). Melalui kebijakan ini, orang dilarang masuk ke Jepang, dan orang Jepang dilarang berhubungan dengan orang asing atau meninggalkan Jepang. Pelanggaran terhadap kebijakan ini diganjar dengan hukuman mati. Meskipun demikian, Jepang tidak sepenuhnya terisolasi dari dunia luar, karena beberapa negara masih diizinkan menjalin hubungan ekonomi dengan Jepang, seperti Belanda, Cina, dan Korea. Alasan Utama Kebijakan Sakoku: Ada dua alasan utama kebijakan Sakoku: pertama, pemerintah Shogun Tokugawa merasa terancam oleh kehadiran misionaris dari Spanyol dan Portugis, yang menyebarkan agama Katolik dan dituduh campur tangan dalam urusan dalam negeri Jepang. Kedua, kebijakan ini bertujuan untuk mempertahankan supremasi Tokugawa atas pesaingnya, daimyo Tozama. Daimyo Tozama merupakan bawahan (vassal) dari Shogun Tokugawa, tetapi secara ekonomi relatif independen. Daimyo ini telah lama menjalin hubungan dagang yang menguntungkan dengan bangsa-bangsa Asia Timur, seperti Cina dan Korea. Dengan membatasi kemampuan mereka berdagang dengan bangsa-bangsa lain, pemerintah Shogun yakin bahwa daimyo Tozama tidak akan berkembang begitu rupa sehingga mengancam supremasi Tokugawa. Perjalanan Kebijakan Sakoku Selanjutnya: Kebijakan Sakoku mengalami titik balik pada pertengahan abad ke-19, ketika Revolusi Industri di Eropa menciptakan permintaan baru untuk barang-barang Jepang. Pada tahun 1854, Jepang menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat, yang memungkinkan Amerika Serikat menjalin hubungan dagang dengan Jepang. Ini menandai awal modernisasi Jepang dan akhir era Sakoku.