Menjelajahi Dasar Negara Indonesia: Filosofische Grondslag dan Keadilan Sosial
Dalam pidato yang disampaikan oleh Sukarno pada sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, ia menekankan pentingnya filosofische grondslag sebagai dasar negara Indonesia yang merdeka. Istilah ini, yang berarti "landasan filosof menggambarkan esensi, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip yang menjadi fondasi bagi negara Indonesia. Menurut Sukarno, filosofische grondslag mencakup pikiran, keinginan, dan jiwa negara Indonesia, yang merupakan dasar bagi negara yang akan datang. Sukarno menekankan bahwa filosofische grondslag bukan hanya konsep abstrak, tetapi juga landasan moral yang kuat bagi negara Indonesia. Ia berpendapat bahwa sila pertama dan kedua Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, merupakan dasar moral negara. Sila-sila ini menekankan pentingnya menghormati keberagaman agama dan memperlakukan semua orang dengan adil dan beradab. Selain itu, Sukarno juga menunjukkan bahwa sila ketiga, keempat, dan kelima Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, merupakan dasar politik negara. Sila-sila ini menekankan pentingnya persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial sebagai prinsip-prinsip dasar bagi negara Indonesia. Dengan demikian, filosofische grondslag dan keadilan sosial menjadi dua prinsip penting yang saling melengkapi dalam menciptakan negara Indonesia yang adil dan makmur. Melalui pemahaman dan pengamalan filosofische grondslag dan sila-sila Pancasila, kita dapat membangun negara yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan politik yang kuat.