Diagnosis Kebidanan pada Kasus Retensio Plasent
Kasus yang dijelaskan melibatkan seorang perempuan berusia 26 tahun yang baru saja melahirkan anak kedua di BPM. Bayi yang dilahirkan adalah perempuan dengan panjang badan 50 cm dan berat badan 3000 gram. Meskipun bayi sudah lahir selama 30 menit, plasenta belum keluar dan ibu telah melakukan manajemen aktif kala III sebanyak dua kali. Dalam artikel ini, kita akan membahas diagnosis kebidanan yang mungkin terjadi pada kasus ini. Dalam kasus ini, diagnosis kebidanan yang paling mungkin adalah retensio plasenta. Retensio plasenta terjadi ketika plasenta tidak keluar dari rahim setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk kontraksi uterus yang tidak memadai atau adanya hambatan fisik dalam keluarnya plasenta. Pada kasus ini, meskipun ibu telah melakukan manajemen aktif kala III sebanyak dua kali, plasenta masih belum keluar. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam proses pengeluaran plasenta. Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan dan infeksi jika tidak segera ditangani. Pilihan lain yang mungkin adalah atonia uteri, yaitu keadaan ketika otot-otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah bayi dilahirkan. Namun, dalam kasus ini, ibu telah melakukan manajemen aktif kala III, yang biasanya membantu merangsang kontraksi uterus. Oleh karena itu, retensio plasenta lebih mungkin menjadi diagnosis yang tepat. Dalam kesimpulan, diagnosis kebidanan yang paling mungkin pada kasus ini adalah retensio plasenta. Penting untuk segera menangani kasus ini untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.