Meningkatkan Kesadaran dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana di Karangasem, Bali
Bencana alam merupakan ancaman yang sering kali tidak dapat dihindari. Sepanjang Januari 2024, Kabupaten Karangasem di Bali mengalami 36 bencana yang meliputi pohon tumbang, tanah longsor, dan kebakaran. Meskipun tidak ada korban jiwa atau luka-luka, kerugian yang ditimbulkan mencapai hampir Rp 1 miliar. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, menyatakan bahwa pohon tumbang merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan 25 kasus. Selain itu, terdapat tujuh kejadian kebakaran dan beberapa bencana longsor. Intensitas hujan deras dan angin kencang menjadi faktor utama yang memicu terjadinya bencana ini. Untuk mengurangi risiko bencana, Arimbawa mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dia juga menekankan pentingnya kesadaran akan potensi bahaya yang ada di sekitar mereka. Salah satu contoh kejadian pohon tumbang terjadi di Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Pohon tersebut menimpa rumah milik I Wayan Santawan, namun beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Melihat dari data bencana di tahun sebelumnya, potensi bencana di Karangasem cukup tinggi. Pada tahun 2023, tercatat 515 bencana dengan enam orang meninggal dunia, enam orang luka berat, dan lima orang luka ringan. Kerugian yang dialami mencapai Rp 39 miliar. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya. Pertama, penyuluhan dan sosialisasi mengenai bencana alam harus dilakukan secara rutin dan terarah. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang jenis-jenis bencana yang mungkin terjadi, tanda-tanda awal bencana, dan langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi darurat. Selain itu, penting juga untuk melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan penanggulangan bencana. Masyarakat harus dilibatkan dalam pembentukan rencana tanggap darurat dan evakuasi. Mereka perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi situasi darurat, seperti pertolongan pertama dan penggunaan peralatan evakuasi. Selain itu, pemerintah daerah juga harus memastikan ketersediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana yang memadai. Hal ini meliputi pembangunan infrastruktur yang tahan bencana, seperti jalan yang kuat dan drainase yang baik. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeliharaan rutin terhadap sarana penanggulangan bencana yang sudah ada, seperti alat pemadam kebakaran dan peralatan evakuasi. Dalam menghadapi bencana, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga sangat penting. Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dan sektor swasta dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan bencana. Selain itu, perlu juga dilakukan kerjasama dengan lembaga penelitian dan pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang bencana alam. Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat, diharapkan dapat mengurangi risiko bencana dan kerugian yang ditimbulkan. Masyarakat yang sadar akan potensi bahaya dan memiliki pengetahuan serta keterampil