**\x0a - "Keruntuhan Kerajaan Islam di Indonesia: Faktor Internal dan Dampaknya"\x0a\x0a2. **
<br/ > <br/ >### Akhir Kerajaan Demak dan Dampaknya <br/ > <br/ >Kerajaan Demak, yang pernah menjadi kekuatan politik dan agama yang signifikan di Indonesia, mengalami akhir yang kontroversial. Pada abad ke-16, keruntuhan Kerajaan Demak dipicu oleh faktor internal seperti perselisihan antar keluarga penguasa dan penyebaran agama Islam yang memicu perpecahan internal. Akibatnya, kerajaan tersebut mengalami kejatuhan. <br/ > <br/ >### Dampak Perjanjian Giyanti terhadap Mataram <br/ > <br/ >Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 memiliki dampak signifikan pada Kerajaan Mataram Kuno. Perjanjian ini membagi wilayah Mataram menjadi dua bagian, dengan Adipati Anom (Pangeran Mangkubumi) mengendalikan sebagian besar wilayah utara sementara Sultan Ageng Hanyakrakusuma mengendalikan wilayah selatan. Ini menciptakan ketegangan politik dan sosial yang berdampak pada stabilitas kerajaan. <br/ > <br/ >### Isi Perjanjian Bongaya <br/ > <br/ >Perjanjian Bongaya adalah perjanjian antara Kesultanan Gowa (Tallo) dan Kesultanan Mataram Kuno pada tahun 1667. Empat isi utama perjanjian ini meliputi: <br/ > <br/ >1. Pemisahan Wilayah: Wilayah-wilayah tertentu diberikan kepada Kesultanan Gowa sebagai kompensasi atas bantuan militer kepada Mataram Kuno. <br/ >2. Kedaulatan Politik: Kesultanan Gowa mendapatkan hak untuk mengatur wilayah-wilayah yang diberikan tanpa campur tangan Mataram Kuno. <br/ >3. Hubungan Diplomatik: Kedua kesultanan setuju untuk menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan yang harmonis. <br/ >4. Pemberkatan Sultan:** Sultan Mataram Kuno memberkati Kesultanan Gowa sebagai bentuk penghargaan atas bantuan militer. <br/ > <br/ >### Faktor Internal dalam Keruntuhan Kerajaan Islam di Indonesia