Menangani Masalah Gizi Energi Protein pada Balita di Indonesi
Masalah gizi yang paling signifikan di Indonesia adalah kurangnya energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia gizi besi, dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Dari keempat masalah gizi tersebut, KEP adalah penyebama kesakitan dan kematian (Depkes RI, 1997). KEP adalah masalah gizi ut banyak terjadi pada balita di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya. KEP memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas antara 20-30%, serta langsung berdampak pada kesakitan dan kematian. Usia dibawah lima tahun (balita), terutama pada usia 1-3 tahun, adalah masa pertumbuhan yang paling cepat (growth spurt), baik secara fisik maupun secara intelektual. Oleh karena itu, mereka memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibandingkan dengan masa-masa berikutnya. Namun, banyak balita yang mengalami kesulitan makan, yang dapat menyebabkan kekurangan energi protein (KEP) jika kebutuhan nutrisi mereka tidak ditangani dengan baik. Menurut data WHO tahun 2002, penyebab kematian balita yang paling banyak adalah gizi buruk, dengan angka 54%. Selanjutnya, menurut Depkes RI (2005), prevalensi balita dengan gizi buruk meningkat dari 25,82% pada tahun 2002 menjadi 28,17% pada tahun 2003. Secara nasional, ada penurunan prevalensi kurang gizi (berat badan menurut umur) pada balita dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi,9% pada tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi gizi buruk, dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Namun, prevalensi gizi kurang tetap sama, yaitu 13,0%. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dengan prevalensi balita yang sangat kurus menurun dari 13,0% pada tahun 2007 menjadi 13,3% pada tahun 2010. Meskipun ada penurunan prevalensi masalah gizi pada balita secara nasional, masih ada kesenjangan antar provinsi. Ada 18 provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk di atas prevalensi nasional, berkisar antara 18,5% di provinsi Banten hingga 30,5% di provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk menangani masalah KEP pada balita di Indonesia, penting untuk mengambil langkah-langkah yang komprehensif. Ini termasuk meningkatkan akses ke makanan yang bergizi, meningkatkan pendidikan gizi, dan meningkatkan ketersediaan dan akses ke suplemen gizi. Dengan mengatasi masalah KEP, kita dapat membantu meningkatkan pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas balita, serta mengurangi kesakitan dan kematian akibat masalah gizi.