Perbedaan Imam Besar dalam Alkitab Perjanjian Baru dan Lam
Pendahuluan Peran Imam Besar dalam Alkitab Perjanjian Baru dan Lama memiliki perbedaan yang signifikan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perbedaan-perbedaan ini dan melihat ayat-ayat Alkitab yang mendukungnya. Bagian Pertama: Perbedaan dalam penunjukan Imam Besar Dalam Alkitab Perjanjian Lama, Imam Besar ditunjuk berdasarkan keturunan Harun (Keluaran 29:9). Hal ini menunjukkan bahwa jabatan Imam Besar diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus diangkat sebagai Imam Besar oleh Allah (Ibrani 5:5-6). Ayat ini menegaskan bahwa Yesus bukanlah Imam Besar yang ditunjuk berdasarkan keturunan manusia, tetapi oleh Allah sendiri. Bagian Kedua: Perbedaan dalam peran dan fungsi Imam Besar Dalam Alkitab Perjanjian Lama, Imam Besar bertugas sebagai perantara antara umat Israel dan Allah. Mereka melakukan korban dan upacara keagamaan untuk menebus dosa umat (Imamat 16:32-34). Namun, dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah perantara yang sempurna antara manusia dan Allah. Ia mengorbankan diri-Nya sebagai korban penebusan dosa yang berlaku untuk semua orang (Ibrani 9:11-14). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa peran dan fungsi Imam Besar berubah dari melakukan korban fisik menjadi memberikan korban penebusan dosa yang sempurna. Bagian Ketiga: Perbedaan dalam kekekalan jabatan Imam Besar Dalam Alkitab Perjanjian Lama, jabatan Imam Besar dapat diwariskan dari generasi ke generasi (Imamat 21:10). Namun, dalam Alkitab Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah Imam Besar yang kekal dan tidak ada yang menggantikan-Nya (Ibrani 7:23-24). Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa jabatan Imam Besar dalam Perjanjian Baru tidak dapat diwariskan, tetapi hanya dimiliki oleh Yesus Kristus. Kesimpulan Perbedaan dalam penunjukan, peran, dan kekekalan jabatan Imam Besar dalam Alkitab Perjanjian Baru dan Lama menunjukkan perubahan yang signifikan dalam hubungan manusia dengan Allah. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah Imam Besar yang sempurna dan kekal, menjadi perantara antara manusia dan Allah. Melalui pengorbanan-Nya, Yesus memberikan jalan bagi umat manusia untuk mendekat kepada Allah dan menerima pengampunan dosa. Dengan demikian, perbedaan ini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam agama dan hubungan spiritual manusia dengan Allah.