Perbandingan Ruang Lingkup Kompetensi Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dengan Pengadilan HAM Indonesi
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan Pengadilan HAM Indonesia adalah dua lembaga yang memiliki peran penting dalam penegakan hukum internasional dan perlindungan hak asasi manusia. Meskipun keduanya bertujuan untuk memastikan keadilan dan akuntabilitas, terdapat perbedaan signifikan dalam ruang lingkup kompetensi mereka. ICC, yang didirikan oleh Statuta Roma pada tahun 1998, adalah pengadilan internasional yang bertanggung jawab untuk mengadili individu yang terlibat dalam kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan agresi. Ruang lingkup kompetensi ICC mencakup kejahatan yang dilakukan di negara anggota ICC atau oleh warga negara negara anggota ICC. Pengadilan ini memiliki yurisdiksi yang terbatas dan hanya dapat mengadili individu yang terlibat dalam kejahatan yang terjadi setelah Statuta Roma mulai berlaku pada 1 Juli 2002. Di sisi lain, Pengadilan HAM Indonesia adalah lembaga nasional yang bertanggung jawab untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia. Ruang lingkup kompetensi Pengadilan HAM Indonesia mencakup pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh individu, termasuk pejabat pemerintah, baik dalam konteks konflik bersenjata maupun dalam situasi damai. Pengadilan ini memiliki yurisdiksi yang lebih luas dan dapat mengadili pelanggaran yang terjadi sebelum atau setelah pembentukan Pengadilan HAM Indonesia. Perbedaan utama antara ICC dan Pengadilan HAM Indonesia terletak pada ruang lingkup kompetensi mereka. ICC memiliki yurisdiksi internasional dan hanya dapat mengadili individu yang terlibat dalam kejahatan yang terjadi setelah Statuta Roma berlaku. Sementara itu, Pengadilan HAM Indonesia memiliki yurisdiksi nasional dan dapat mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia, tanpa batasan waktu. Selain itu, ICC memiliki kekuasaan untuk mengadili individu yang terlibat dalam kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan agresi. Pengadilan HAM Indonesia, di sisi lain, dapat mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang meliputi berbagai tindakan seperti penyiksaan, pembunuhan, pemerkosaan, dan penghilangan paksa. Meskipun terdapat perbedaan dalam ruang lingkup kompetensi, baik ICC maupun Pengadilan HAM Indonesia memiliki peran penting dalam memastikan keadilan dan akuntabilitas. Keduanya berkontribusi dalam upaya untuk mencegah dan menghukum pelanggaran hak asasi manusia serta memastikan bahwa para pelaku kejahatan tidak luput dari tanggung jawab mereka. Dalam kesimpulan, ICC dan Pengadilan HAM Indonesia memiliki perbedaan dalam ruang lingkup kompetensi mereka. ICC memiliki yurisdiksi internasional dan mengadili individu yang terlibat dalam kejahatan internasional, sedangkan Pengadilan HAM Indonesia memiliki yurisdiksi nasional dan mengadili pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Meskipun demikian, keduanya memiliki peran penting dalam memastikan keadilan dan akuntabilitas dalam penegakan hukum internasional dan perlindungan hak asasi manusia.