Rempah-rempah, Agama, dan Perlawanan: Mengapa Kerajaan Islam Melawan Portugis di Nusantara **
** Perdagangan rempah-rempah telah menjadi tulang punggung ekonomi Nusantara selama berabad-abad. Kedatangan bangsa Eropa, khususnya Portugis, di awal abad ke-16, membawa angin perubahan yang signifikan. Kehadiran mereka tidak hanya membawa perdagangan rempah-rempah yang lebih luas, tetapi juga membawa agama Kristen. Hal ini memicu perlawanan dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, yang merasa terancam oleh pengaruh asing dan agama baru tersebut. Salah satu faktor utama yang memicu perlawanan adalah monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan oleh Portugis. Mereka berusaha menguasai jalur perdagangan rempah-rempah dan memaksakan harga yang tidak adil kepada para pedagang lokal. Ambisi Portugis untuk memperluas pengaruh di Jawa, dengan menjadikan Pajajaran sebagai pintu masuk, semakin mengkhawatirkan kerajaan-kerajaan Islam. Sebagai contoh, Kesultanan Demak, yang merupakan kerajaan Islam terkuat di Jawa pada saat itu, melakukan serangan preemtif ke Malaka pada tahun 1513 dan 1521, serta ke Sunda Kelapa pada tahun 1526 dan 1527. Serangan ini bertujuan untuk mencegah Portugis memperluas pengaruh dan dominasinya di Jawa. Meskipun serangan ke Malaka gagal, serangan ke Sunda Kelapa berhasil mencegah ekspansi Portugis. Perlawanan ini menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak hanya berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka, tetapi juga untuk melindungi keyakinan agama mereka. Mereka melihat kehadiran Portugis sebagai ancaman terhadap nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Perlawanan terhadap Portugis tidak hanya terjadi di Jawa, tetapi juga di Maluku, pusat perdagangan cengkeh. Kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, seperti Ternate dan Tidore, juga melakukan perlawanan terhadap Portugis. Perlawanan ini menunjukkan bahwa semangat perlawanan terhadap pengaruh asing dan agama baru sangat kuat di Nusantara. Perlawanan kerajaan-kerajaan Islam terhadap Portugis merupakan bukti nyata bahwa mereka tidak hanya berjuang untuk mempertahankan kekuasaan dan ekonomi mereka, tetapi juga untuk melindungi nilai-nilai agama dan budaya mereka. Perjuangan mereka menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya untuk terus mempertahankan identitas dan kedaulatan bangsa.