Dilema Pernikahan di Bawah Umur dan Asas Konsensualisme dalam Perjanjian **
1. Dilema Pernikahan di Bawah Umur Kasus pernikahan B dan A yang dipaksakan karena kehamilan di luar nikah, mengungkap dilema hukum yang kompleks. Meskipun pernikahan mereka sah secara agama, pernikahan tersebut tidak sah secara negara. Hal ini dikarenakan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 mengatur bahwa pernikahan hanya sah jika memenuhi persyaratan usia minimal, yaitu 19 tahun untuk perempuan dan 21 tahun untuk laki-laki. Subjek Hukum: Subjek hukum dalam kasus ini adalah B dan A, yang merupakan pihak yang terlibat dalam pernikahan. Mereka berdua memiliki hak dan kewajiban hukum yang terkait dengan pernikahan, terutama dalam hal usia pernikahan dan persyaratan hukum yang harus dipenuhi. Keluarga B juga dapat dianggap sebagai subjek hukum karena mereka berperan dalam mendesak pernikahan tersebut. Alasan Pernikahan Tidak Sah Secara Negara: Pernikahan B dan A tidak sah secara negara karena melanggar ketentuan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. UU tersebut menetapkan bahwa pernikahan hanya sah jika kedua belah pihak telah mencapai usia minimal yang ditentukan. Tujuannya adalah untuk melindungi hak-hak perempuan dan anak, serta untuk memastikan bahwa pernikahan didasarkan pada kesiapan mental dan emosional yang matang. 2. Asas Konsensualisme dalam Perjanjian Kasus ibu yang ingin membeli perhiasan di toko emas menunjukkan penerapan asas konsensualisme dalam perjanjian. Asas ini menyatakan bahwa perjanjian hanya sah jika didasarkan pada kesepakatan dan persetujuan kedua belah pihak. Dalam kasus ini, ibu dan pelayan toko melakukan proses tawar-menawar harga. Namun, karena tidak tercapai kesepakatan harga yang disetujui kedua belah pihak, maka perjanjian pembelian perhiasan tidak tercapai. Analisis Penerapan Asas Konsensualisme: Asas konsensualisme telah berlaku dalam kasus ini karena kedua belah pihak, yaitu ibu dan pelayan toko, menunjukkan keinginan untuk melakukan perjanjian pembelian perhiasan. Mereka melakukan proses tawar-menawar harga, yang menunjukkan adanya upaya untuk mencapai kesepakatan. Namun, karena tidak tercapai kesepakatan harga, maka perjanjian tidak tercapai. Kesimpulan: Kasus pernikahan B dan A serta kasus pembelian perhiasan di toko emas menunjukkan pentingnya memahami dan menerapkan asas hukum yang berlaku. Pernikahan di bawah umur merupakan pelanggaran hukum yang dapat berdampak buruk bagi hak-hak perempuan dan anak. Asas konsensualisme dalam perjanjian memastikan bahwa perjanjian hanya sah jika didasarkan pada kesepakatan dan persetujuan kedua belah pihak. Wawasan:** Kasus-kasus ini mengingatkan kita bahwa hukum dan asas hukum berperan penting dalam mengatur kehidupan masyarakat. Penting untuk memahami dan menerapkan asas hukum yang berlaku agar tercipta keadilan dan kesejahteraan bagi semua. Selain itu, kasus ini juga menunjukkan bahwa pernikahan harus didasarkan pada kesiapan mental dan emosional yang matang, bukan karena paksaan atau tekanan sosial.