Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pendahuluan: Pemberontakan RMS terjadi pada tahun 1950 di Maluku Selatan. Dipimpin oleh Dr. Soumokil, RMS berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Republik Indonesia dan mendirikan negara merdeka di dalam negara. Bagian: Latar Belakang: Setelah penumpasan terhadap Azis di Sulawesi Selatan, Dr. Soumokil melarikan diri ke Maluku Selatan menggunakan pesawat KLM milik Belanda. Ia berhasil mengadakan rapat umum di Ambon pada 18 Januari 1950, yang dihadiri oleh anggota-anggota Persatuan Timur Besar yang berseragam hijau. Dalam pertemuan itu, Ir. Man menyatakan bahwa Republik Indonesia adalah ciptaan sehingga Maluku harus memiliki Republik Maluku Selatan (RMS) di wilayahnya. Tujuan RMS: RMS bertujuan untuk menjadi negara merdeka yang tidak memiliki hubungan dengan pemerintahan Republik Indonesia, Republik Indonesia Serikat, maupun Negara Indonesia Timur. Dr. Soumokil, yang menjadi presiden RMS, menyatakan bahwa RMS adalah negara yang merdeka dan tidak memiliki hubungan dengan RIS, NIT, maupun RI. Untuk mencapai tujuan mereka, RMS menggunakan taktik kekerasan dan teror terhadap rakyat. Upaya Penyelesaian Damai: Pemerintah Republik Indonesia Serikat mencoba menyelesaikan pemberontakan RMS melalui perundingan. Mereka menugaskan tokoh-tokoh dari Maluku, seperti Dr. Leimena, Ir. Putuhena Pellaupessy, dan D. Rehatta, untuk melakukan perundingan dengan RMS. Namun, upaya penyelesaian damai ditolak oleh RMS. Akhirnya, pemerintah RIS menugaskan APRIS untuk menumpas pemberontakan secara militer. Operasi APRIS: Pada 14 Juli 1950, APRIS melakukan pendaratan pertama di Pulau Memusa. Kolonel A.E. Kawilarang, Panglima Tentara Teritorium Indonesia Timur, ditunjuk sebagai Komandan Operasi. APRIS bertugas untuk menumpas pemberontakan RMS dan mengembalikan keamanan di Maluku Selatan. Kesimpulan: Pemberontakan RMS merupakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Meskipun upaya penyelesaian damai telah dilakukan, pemberontakan ini akhirnya harus ditumpas secara militer oleh APRIS. RMS berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Republik Indonesia dan mendirikan negara merdeka di dalam negara.