Pertikaian Gereja di Belanda pada Abad ke-XIX
Pertikaian yang lama antara golongan Calvinis dan Liberti di Belanda dilanjutkan pada abad ke-XIX dengan bentuk baru dan semboyan-sembonyan baru. Yang bertentangan sekarang adalah kaum ortodoks di Gereja Hervormd dan kaum liberal. Pada abad ke-XIX, golongan liberal bukan lagi golongan terkecil. Mereka mulai menguasai negara dan gereja karena pengaruh pandangan dunia baru. Namun, abad ke-XIX juga menjadi zaman perjuangan di Belanda untuk menentukan nasib gereja dan apakah negara akan menjadi masyarakat teokratis. Pada tahun 1813, suasana rohani di Belanda berubah ketika keluarga Oranje kembali dari pengasingan dan Willem I dinobatkan menjadi raja. Raja ini menganut pandangan Pencerahan yang berbeda dengan pandangan gereja sebelumnya. Dengan adanya perubahan ini, Gereja Hervormd tidak lagi memiliki kekuasaan seperti sebelumnya dan harus merancang organisasi baru. Pada tahun 1816, Raja mengumumkan "Peraturan Umum untuk Pimpinan Gereja Hervormd". Peraturan ini menyatakan bahwa badan klasis dan sinode harus meletakkan jabatannya sendiri. Namun, hanya klasis Ams yang memprotes peraturan ini dan seluruh gereja mengirim surat keberatan kepada pemerintah. Pengaruh raja dalam pembentukan badan gereja sangat besar pada abad ke-XIX. Pada abad ke-XVII, gereja memiliki pengaruh terhadap pemerintah, tetapi sekarang pengaruhnya sebaliknya.