Mencegah Pneumonia pada Anak: Pentingnya Imunisasi dan Perhatian Terhadap Faktor Risiko
Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama pada anak-anak. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan dalam pembangunan manusia, namun angka kematian akibat pneumonia pada anak masih cukup tinggi. Data dari Unicef menunjukkan bahwa pada tahun 2018, sekitar 19.000 anak balita meninggal akibat pneumonia di Indonesia. Selain itu, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa pada tahun 2019 terdapat 158.987 kasus pneumonia pada bayi dan 314.455 kasus pada anak usia satu hingga lima tahun, dengan jumlah kematian mencapai 550 kasus. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan pneumonia pada anak antara lain adalah gizi buruk, rendahnya pemberian ASI eksklusif, pemberian imunisasi yang tidak lengkap, kekurangan vitamin A, bayi dengan berat badan lahir rendah, dan faktor lingkungan seperti polusi udara. Selama pandemi Covid-19, pneumonia juga menjadi penyakit yang dapat meningkatkan risiko penularan dan kematian pada anak-anak. Oleh karena itu, pencegahan pneumonia menjadi sangat penting. Salah satu upaya yang efektif dalam mencegah pneumonia pada anak adalah melalui imunisasi. Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan program imunisasi, dengan menambahkan beberapa jenis vaksin yang dapat mencegah pneumonia ke dalam program imunisasi rutin nasional. Beberapa vaksin yang telah ditambahkan adalah vaksin Campak, vaksin Hemophilus influenzae tipe b, dan vaksin Pneumococcus Conjugate Vaccine (PCV). Pemberian vaksin PCV telah dimulai di Lombok pada tahun 2017 dan diharapkan akan mencakup seluruh Indonesia pada tahun 2024. Namun, masih terdapat beberapa tantangan dalam mencapai cakupan imunisasi yang optimal. Selain masalah sarana dan prasarana, juga terdapat kelompok masyarakat yang menentang vaksinasi. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya cakupan imunisasi dasar di Indonesia, termasuk vaksin Campak yang hanya mencapai 57,9 persen secara nasional. Selain itu, prevalensi stunting anak di Indonesia juga masih tinggi, ASI eksklusif hanya dilakukan oleh 54 persen ibu, dan masih terdapat bayi dengan berat badan lahir rendah. Faktor risiko seperti paparan polusi udara dan merokok juga perlu mendapatkan perhatian serius dalam memastikan program pencegahan pneumonia dapat berhasil. Dalam rangka mencegah pneumonia pada anak, penting bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam meningkatkan cakupan imunisasi, memberikan edukasi tentang pentingnya faktor risiko yang harus dihindari, dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak-anak. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan angka kematian akibat pneumonia pada anak dapat dikurangi secara signifikan di Indonesia.