Seruan Perang untuk Ratu Shani **
** Putri Ria, dengan wajah bertekad, menatap bayangan kakaknya, Ratu Shani, yang terbaring lemah di ranjang. Ratu Shani, penguasa Kerajaan Cahaya, masih belum sadarkan diri setelah serangan misterius di taman kerajaan. Rasa amarah dan kesedihan bercampur menjadi satu dalam hati Putri Ria. Ia tahu siapa dalang di balik serangan ini: Ratu Chika, penguasa Kerajaan Bawah Tanah, yang telah lama menyimpan dendam kepada Ratu Shani. "Kakak, aku akan membalaskan dendammu," bisik Putri Ria, tangannya menggenggam erat pedang pusaka milik ayahnya yang tergeletak di samping ranjang. Pedang itu, simbol kekuatan dan keadilan, kini menjadi senjata yang akan membimbingnya dalam pertempuran. Putri Ria segera memanggil Panglima Aris, pemimpin pasukan Kerajaan Cahaya. Ia memerintahkan Panglima Aris untuk menyiapkan pasukan, siap untuk menyerang Kerajaan Bawah Tanah. Pangeran Rafel, adik Ratu Gracia dari Kerajaan Kegelapan, dan Ratu Gracia sendiri, sahabat setia Ratu Shani, juga bergabung dalam pasukan. Mereka semua bersatu dalam tekad untuk menyelamatkan Ratu Shani dan menghukum Ratu Chika atas kejahatannya. Putri Ria kemudian mengambil busur panah pemberian ibunya, senjata yang selalu menemani ibunya dalam pertempuran. Busur panah itu, simbol keberanian dan ketepatan, akan menjadi senjata yang akan membantunya dalam pertempuran melawan Ratu Chika. Sebelum berangkat, Putri Ria kembali menatap wajah kakaknya yang pucat. "Kakak, aku akan kembali dengan kemenangan," janjinya. Ia tahu bahwa pertempuran ini akan menjadi pertempuran yang berat, tetapi ia tidak akan menyerah. Ia akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk menyelamatkan kakaknya dan menghukum Ratu Chika. Ratu Shani, meskipun terbaring lemah, merasakan tekad kuat adiknya. Ia percaya bahwa Putri Ria akan berhasil mengalahkan Ratu Chika dan membawa kembali kedamaian bagi Kerajaan Cahaya. Ia menunggu dengan sabar, berharap untuk segera pulih dan bergabung kembali dengan pasukannya dalam pertempuran.