Kaki Berdarah, Hati Terluka **
** Senja mulai merangkak di langit Jakarta, menyapa gedung teater JKT48 dengan warna jingga lembut. Di dalam, latihan tengah berlangsung. Shani, Feni, dan ketiga adiknya, Lia, Sila, dan Gracia, berkumpul di sana. Lia dan Sila setia menemani ketiga kakaknya berlatih, mata mereka tak lepas dari setiap gerakan. Suasana latihan begitu intens, diiringi alunan musik yang menghentak. Shani, dengan semangatnya yang membara, tak henti-hentinya berlatih. Namun, tak disangka, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Shani terjatuh saat berlatih, kakinya terbentur keras dan mengeluarkan darah. Lia dan Sila yang melihat kejadian itu sontak terkejut. Rasa khawatir dan panik menyelimuti mereka. Namun, Shani, dengan wajah yang menahan sakit, berusaha untuk tetap tegar. Ia tak ingin membuat adik-adiknya khawatir. "Kak, kakinya berdarah!" teriak Lia, suaranya bergetar. "Kak Shani, kamu kenapa?" tanya Sila, matanya berkaca-kaca. Shani hanya tersenyum tipis, berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya. "Gak apa-apa kok, cuma lecet sedikit," jawabnya. Lia dan Sila tak percaya. Mereka tahu kakaknya sedang menahan sakit. Namun, Shani tetap bersikeras untuk melanjutkan latihan. "Kak, istirahat dulu ya," pinta Lia. "Iya, kak, jangan dipaksakan," tambah Sila. Shani menggeleng. "Nggak apa-apa, bentar lagi selesai kok," jawabnya. Lia dan Sila merasa tak berdaya. Mereka ingin sekali membantu kakaknya, namun Shani tak mau mendengarkan. Akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dan terus mengawasi kakaknya dari kejauhan. Saat latihan selesai, Shani langsung menghampiri Lia dan Sila. Ia memeluk mereka erat, berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya. "Maaf ya, kak, udah bikin kalian khawatir," bisik Shani. Lia dan Sila hanya bisa mengangguk, air mata mereka tak terbendung. Mereka merasa sedih melihat kakaknya menahan sakit demi mereka. "Kak, kenapa kamu nggak bilang kalau kakinya berdarah?" tanya Lia, suaranya bergetar. "Nggak mau bikin kalian khawatir," jawab Shani, matanya berkaca-kaca. Lia dan Sila semakin sedih. Mereka merasa tak berdaya melihat kakaknya yang begitu kuat dan selalu berusaha untuk melindungi mereka. "Kak, kamu harus jaga diri ya," kata Sila, suaranya bergetar. "Iya, kak," tambah Lia. Shani tersenyum, berusaha untuk menyembunyikan rasa sakitnya. Ia tahu, adik-adiknya sangat menyayanginya. "Makasih ya, udah nemenin kak," kata Shani. Lia dan Sila mengangguk, matanya berkaca-kaca. Mereka tahu, kakaknya sangat mencintai mereka. Senja semakin meredup, menandakan hari semakin larut. Lia dan Sila mengantar ketiga kakaknya pulang. Di sepanjang jalan, mereka terus berbisik, saling menghibur dan menyemangati. Kejadian itu mengajarkan Lia dan Sila tentang arti kasih sayang dan pengorbanan. Mereka belajar bahwa cinta sejati tak mengenal batas, bahkan dalam rasa sakit sekalipun.