Roma 9:1-5: Sebuah Refleksi tentang Keadilan dan Kasih Allah
Aku berkata benar di dalam Kristus, aku tidak berbohong--hatiku bersaksi bersamaku dalam Roh Kudus--bahwa aku sangat berdukacita dan selalu merasakan kesedihan di dalam hatiku. Sebab aku dapat menginginkan, supaya terkutuk dan terpisah dari Kristus bagi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, bagi mereka kemuliaan Allah, perjanjian-perjanjian, hukum Taurat, ibadah dan janji-janji. Kepada mereka berasal para bapa leluhur dan dari antara mereka, menurut daging, datanglah Kristus. Dia yang di atas segala sesuatu, Allah yang terpuji selama-lamanya. Amin.
Pilihan Allah dan Kesedihan Paulus
Ayat-ayat ini mengungkapkan kesedihan mendalam yang dirasakan Paulus atas saudara sebangsanya, orang Israel. Dia begitu mengasihi mereka sehingga rela menanggung kutuk demi keselamatan mereka. Kata-kata Paulus menunjukkan betapa dalamnya kepeduliannya terhadap mereka dan betapa besar keinginannya agar mereka mengenal kasih dan keselamatan Allah. Di sini, kita melihat contoh nyata kasih yang rela berkorban, kasih yang menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan diri sendiri.
Keistimewaan Israel dan Kesetiaan Allah
Paulus mengingatkan jemaat di Roma tentang keistimewaan yang telah Allah berikan kepada Israel: status sebagai anak-anak Allah, kemuliaan Allah yang dinyatakan di antara mereka, perjanjian-perjanjian yang mengikat Allah dengan umat-Nya, hukum Taurat yang diberikan sebagai pedoman hidup, ibadah yang benar kepada Allah yang hidup, dan janji-janji yang mengarahkan mereka kepada pengharapan di masa depan. Semua ini menunjukkan kesetiaan Allah kepada umat pilihan-Nya dan betapa berharganya mereka di mata-Nya.
Misteri Pilihan Allah dan Kedaulatan-Nya
Meskipun Paulus merasakan kesedihan yang mendalam, ia tidak mempertanyakan keadilan atau kasih Allah. Ia memahami bahwa jalan Allah tidak selalu dapat dipahami manusia. Pilihan Allah tidak didasarkan pada jasa atau kelayakan manusia, tetapi semata-mata karena kasih karunia dan kedaulatan-Nya. Misteri ini mengajarkan kita untuk datang kepada Allah dengan kerendahan hati, mengakui keterbatasan kita dan kebesaran-Nya.
Panggilan untuk Bersyukur dan Berdoa
Refleksi atas Roma 9:1-5 mendorong kita untuk bersyukur atas kasih karunia Allah yang telah dinyatakan dalam hidup kita. Kita diingatkan bahwa keselamatan bukanlah hak, melainkan anugerah yang diberikan secara cuma-cuma. Selain itu, kita juga terpanggil untuk berdoa bagi mereka yang belum mengenal kasih Kristus, memohon agar Allah membuka hati mereka dan menuntun mereka kepada kebenaran.
Kasih Allah yang besar bagi semua orang, termasuk mereka yang tampaknya jauh dari-Nya, menjadi tema sentral dalam bagian ini. Melalui kesetiaan-Nya kepada Israel dan kesedihan mendalam Paulus, kita diingatkan akan belas kasihan dan kasih karunia Allah yang melimpah bagi setiap kita.