Mencari Keadilan di Tengah "Matahari Kembar" Penegakan Hukum **
** Bayangkan langit dengan dua matahari yang bersinar terang, keduanya memancarkan cahaya dan panas, namun keduanya juga saling bersaing untuk mendominasi langit. Begitulah gambaran penegakan hukum di Indonesia saat ini, khususnya dalam pemberantasan korupsi. KPK dan Kejaksaan Agung, dua institusi yang seharusnya bekerja sama, justru tampak seperti "matahari kembar" yang saling bersaing untuk mengklaim kasus-kasus besar. R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), menyoroti fenomena ini dengan tajam. Ia mempertanyakan kewenangan KPK dan Kejaksaan Agung dalam menangani tindak pidana korupsi, yang menurutnya menimbulkan gesekan antarinstitusi dan kekacauan penegakan hukum. Haidar Alwi menunjuk pada Pasal 11 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK yang secara jelas mengatur pembagian kewenangan. Kasus korupsi dengan kerugian negara paling sedikit Rp1 miliar seharusnya ditangani oleh KPK, sementara kasus di bawah Rp1 miliar menjadi tanggung jawab kejaksaan dan Polri. Namun, realitanya, KPK justru lebih sering menangani kasus kecil, sementara Kejaksaan Agung menangani kasus-kasus besar seperti Asabri, Jiwasraya, dan BTS Kominfo. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa terjadi ketidaksesuaian antara aturan dan praktik? Apakah ada kepentingan lain di balik "permainan" kewenangan ini? Haidar Alwi menyerukan evaluasi terhadap kewenangan KPK dan Kejaksaan Agung. Ia berharap Presiden Prabowo Subianto, Menko Polkam, dan DPR dapat mengambil langkah tegas untuk mengembalikan tatanan penegakan hukum yang adil dan efektif. "Hanya Polri yang on the track, tertib sesuai undang-undang," ujar Haidar Alwi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Polri, meskipun hanya memiliki kewenangan terbatas dalam penyelidikan dan penyidikan, justru menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan. Di tengah "matahari kembar" yang saling bersaing, rakyatlah yang menjadi korban. Ketidakpastian hukum dan ketidakpercayaan terhadap sistem penegakan hukum semakin menguat. Semoga evaluasi yang diajukan Haidar Alwi dapat menjadi titik balik untuk menciptakan sistem penegakan hukum yang adil dan berwibawa, yang benar-benar melindungi rakyat dan menegakkan keadilan.