Dampak Kabut Asap Terhadap Kualitas Udara dan Kesehatan Masyarakat
Kabut asap yang terjadi di tahun 2016 di Indonesia disebabkan oleh kebakaran hutan. Berdasarkan data satelit, terdapat 625 titik api di Riau, 1.200 titik di Sumatera Selatan, dan 725 titik api di Kalimantan Tengah. Kabut asap ini menyebabkan kualitas udara memburuk dan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Prinsip distribusi merupakan salah satu prinsip yang dapat diterapkan dalam memahami dampak kabut asap. Distribusi kabut asap ini menunjukkan bahwa provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang paling terdampak. Hal ini dapat dilihat dari grafik angka pengangguran di provinsi Jawa Timur yang meningkat akibat adanya kabut asap. Selain itu, prinsip interelasi juga dapat digunakan untuk memahami dampak kabut asap. Kabut asap yang terjadi di Sumatera Selatan dan Riau mengakibatkan kualitas udara yang buruk. Hal ini menyebabkan 25 bayi dan 15 orang dewasa meninggal dunia. Selain itu, kegiatan belajar di sekolah juga terganggu dengan adanya 225 sekolah yang libur di Riau dan Sumatera Selatan. Dalam konteks ini, prinsip deskripsi juga relevan untuk menjelaskan persebaran flora dan fauna di kawasan Indonesia. Kabut asap dapat mempengaruhi ekosistem dan mengancam keberadaan flora dan fauna di Indonesia. Terakhir, prinsip korologi dapat digunakan untuk memahami dampak kekeringan yang terjadi akibat fenomena La Nina. Kekeringan yang terjadi dapat memperparah kebakaran hutan dan meningkatkan risiko terjadinya kabut asap. Dalam kesimpulan, kabut asap memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Prinsip-prinsip seperti distribusi, interelasi, deskripsi, dan korologi dapat digunakan untuk memahami dampak dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapinya.