Shani, Penyelamat Si Kembar **
Senja mulai merangkak, menyapa langit dengan warna jingga lembut. Di rumah besar yang nyaman, suasana terasa berbeda. Lia dan Sila, si kembar yang biasanya ceria, terbaring lemah di ranjang. Demam yang melanda mereka membuat tubuh kecil mereka terasa panas dan lemas. Kelima kakak mereka, Shani, Gracia, Feni, Jinan, dan Cindy, bergantian mendekati Lia dan Sila. Mereka menawarkan minuman hangat, mengusap kening mereka dengan lembut, dan bercerita untuk menghibur. Namun, Lia dan Sila hanya menggeleng lemah, matanya terpejam erat. "Lia, Sila, minum dulu ya," bujuk Cindy, menyodorkan segelas air hangat. "Sila, kakak cerita dong," ajak Feni, mencoba menarik perhatian Sila. Namun, semua usaha mereka sia-sia. Lia dan Sila hanya terdiam, seakan tak mendengar. "Kenapa mereka seperti ini, ya?" tanya Gracia, raut wajahnya penuh kekhawatiran. "Mungkin mereka hanya butuh istirahat," jawab Jinan, mencoba menenangkan hati Gracia. Shani, yang sedari tadi mengamati adik-adiknya, akhirnya memutuskan untuk mendekati Lia dan Sila. Dengan lembut, ia mengusap kening mereka dan berbisik, "Lia, Sila, kakak Shani di sini. Tenang ya." Seolah merasakan kehadiran Shani, Lia dan Sila perlahan membuka mata mereka. Senyum tipis terukir di bibir mereka, dan mereka meraih tangan Shani dengan erat. "Shani, Shani," bisik Lia dan Sila, suara mereka lemah. Ayah dan Ibu mereka, yang sedari tadi memperhatikan, tersenyum lega. Mereka tahu, hanya Shani yang bisa menenangkan Lia dan Sila. Malam semakin larut. Lia dan Sila tertidur pulas di pelukan Shani. Kelima kakak mereka, yang lega melihat adik-adik mereka tenang, bergantian menjaga mereka. Di tengah malam, sekitar pukul satu dini hari, Sila terbangun dan menangis. Tangisannya yang pilu membuat Shani terbangun. Ia segera menenangkan Sila, mengusap air matanya dengan lembut. "Sila, kenapa sayang?" tanya Shani, suaranya lembut. "Sila takut, Shani," jawab Sila, suaranya bergetar. Shani memeluk Sila erat, membisikkan kata-kata lembut di telinganya. Ia bercerita tentang mimpi indah, tentang petualangan seru, dan tentang cinta kasih yang tak terhingga. Lama-kelamaan, tangis Sila mereda. Ia tertidur kembali di pelukan Shani, dengan senyum tipis di bibirnya. Shani tersenyum, lega melihat Sila kembali tenang. Ia tahu, tugasnya sebagai kakak tertua tak hanya menjaga adik-adiknya, tapi juga mencintai dan melindungi mereka dengan sepenuh hati. Pesan:** Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kasih sayang dan perhatian dalam keluarga. Shani, sebagai kakak tertua, menunjukkan contoh nyata bagaimana mencintai dan melindungi adik-adiknya dengan penuh kasih sayang. Meskipun Lia dan Sila sedang sakit, Shani tetap setia di sisi mereka, memberikan rasa aman dan nyaman. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa kasih sayang dan perhatian bisa menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan segala penyakit.