Apakah Allah Bersifat Bashar? Sebuah Analisis Teologis
Konsep tentang Tuhan merupakan landasan dari setiap agama, membentuk keyakinan dan praktik umatnya. Dalam Islam, Allah dipahami sebagai satu-satunya Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan transenden. Namun, pertanyaan tentang sifat-sifat Allah, khususnya apakah Allah bersifat bashar (memiliki bentuk fisik seperti manusia), telah menjadi topik perdebatan teologis yang kompleks selama berabad-abad.
Esensi Transendensi Allah
Islam dengan tegas menekankan transendensi Allah, yang berarti Allah berada di luar batas pemahaman manusia dan tidak dapat disamakan dengan ciptaan-Nya. Al-Quran, kitab suci umat Islam, dengan jelas menyatakan bahwa "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia" (QS. Asy-Syura: 11). Ayat ini secara eksplisit menolak gagasan bahwa Allah memiliki bentuk fisik atau batasan seperti manusia. Menerima Allah sebagai bashar akan bertentangan dengan prinsip dasar tauhid (keesaan Allah) dan mengarah pada antropomorfisme, yaitu menganggap Allah memiliki sifat-sifat manusia.
Penafsiran Alegoris terhadap Ayat-Ayat Mutasyabihat
Beberapa ayat dalam Al-Quran, yang dikenal sebagai ayat-ayat mutasyabihat, tampaknya menggambarkan Allah dengan atribut fisik, seperti tangan, wajah, atau singgasana. Namun, para ulama Islam menekankan pentingnya menafsirkan ayat-ayat ini dalam konteks keseluruhan ajaran Islam dan dengan mempertimbangkan ayat-ayat muhkamat (ayat-ayat yang jelas maknanya). Ulama sepakat bahwa ayat-ayat mutasyabihat harus dipahami secara alegoris atau metaforis, bukan secara harfiah. Misalnya, "tangan Allah" diartikan sebagai kekuasaan atau rahmat Allah, bukan tangan fisik.
Bahaya Antropomorfisme dalam Memahami Allah
Memahami Allah sebagai bashar memiliki konsekuensi teologis yang berbahaya. Pertama, hal itu dapat menyebabkan pemahaman yang terbatas dan tidak sempurna tentang Allah. Mengurung Allah dalam bentuk fisik akan membatasi keagungan dan kebesaran-Nya. Kedua, antropomorfisme dapat mengarah pada penyembahan berhala, di mana manusia mulai menyembah representasi fisik Allah daripada Allah itu sendiri. Sejarah telah menunjukkan bagaimana keyakinan antropomorfik dapat merusak agama dan menjauhkan manusia dari esensi sejati Tuhan.
Memahami sifat-sifat Allah adalah tugas yang kompleks dan menantang. Sementara akal manusia mungkin berjuang untuk memahami sepenuhnya esensi Allah, Islam memberikan panduan yang jelas melalui Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Menolak gagasan Allah sebagai bashar dan menegaskan transendensi-Nya sangat penting untuk menjaga kemurnian tauhid dan mengembangkan pemahaman yang benar tentang Tuhan dalam Islam.