Makna Tidur dalam Sastra Jawa Klasik
Manusia menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur. Akan tetapi, tidur bukan sekadar istirahat fisik. Dalam khazanah sastra Jawa klasik, tidur memiliki makna yang jauh lebih luas dan dalam. Tidur menjadi metafora perjalanan spiritual, pencarian jati diri, bahkan pertemuan dengan Sang Pencipta.
Simbolisme dalam Tidur
Sastra Jawa klasik sarat dengan simbolisme, dan tidur menjadi salah satu simbol yang kaya makna. Tidur diibaratkan sebagai gerbang menuju alam bawah sadar, tempat rahasia dan kebenaran tersembunyi. Dalam Serat Centhini, misalnya, tokoh-tokohnya kerap mendapatkan wangsit atau petunjuk penting melalui mimpi, yang dialami dalam keadaan tidur.
Tafsir Mimpi dan Perlambang
Tak hanya sekadar bunga tidur, mimpi dalam sastra Jawa klasik dianggap sebagai pesan dari alam gaib. Kitab primbon Jawa, seperti Serat Primbon Betaljemur Adammakna, memuat berbagai tafsir mimpi. Mimpi buruk, misalnya, seringkali dikaitkan dengan pertanda akan datangnya kesialan. Sebaliknya, mimpi baik dianggap sebagai pertanda keberuntungan.
Perjalanan Spiritual dan Pencarian Jati Diri
Tidur dalam konteks spiritual dimaknai sebagai proses introspeksi, refleksi diri, dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Tokoh-tokoh dalam sastra Jawa klasik, seperti Arjuna dalam Serat Mahabharata, seringkali melakukan laku prihatin dengan bertapa atau bersemedi. Dalam kondisi seperti tidur, mereka berusaha menyingkirkan ego dan hasrat duniawi untuk mencapai pencerahan.
Refleksi Kehidupan dan Kematian
Tidur juga seringkali dimaknai sebagai metafora kematian. Sebagaimana tidur memisahkan manusia dari dunia sadar, kematian dianggap sebagai tidur panjang yang memisahkan jiwa dari raga. Dalam Serat Kalatidha, misalnya, tidur digambarkan sebagai saudara kembar kematian. Keduanya sama-sama misterius dan tak terelakkan.
Tidur, dalam perspektif sastra Jawa klasik, bukanlah sekadar istirahat fisik, melainkan juga perjalanan spiritual yang sarat makna. Melalui simbolisme tidur, mimpi, dan refleksi tentang kehidupan dan kematian, sastra Jawa klasik mengajak kita untuk menyelami lautan makna di balik realitas yang tampak.