Dampak Kekerasan Struktural dan Langsung terhadap Masyarakat
Kekerasan struktural dan langsung memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Kekerasan struktural menciptakan fase yang tidak aman, meningkatkan tingkat pengangguran, menghambat akses terhadap pelayanan publik yang adil dan merugikan, serta meningkatkan ketimpangan sosial yang dirasakan oleh masyarakat yang melakukan protes terhadap kasus serupa di berbagai daerah. Aspirasi masyarakat untuk mendapatkan keadilan akibat kekerasan struktural seringkali tidak direspons secara positif oleh pemerintah. Struktur politik yang ada menyebabkan aparat keamanan melakukan tindakan represif, baik secara psikologis maupun fisik, yang berakibat fatal bagi korban. Kenyataan kekerasan tersebut mendorong masyarakat untuk memberontak. Salah satu cara yang paling mudah adalah melalui tindakan anarkis, seperti merusak fasilitas umum atau kantor pemerintah. Contohnya, kasus di Tembagapura dengan pembakaran jalan masuk ke perusahaan. Kekerasan struktural dan langsung yang menimpa masyarakat pada tingkat yang ekstrem dapat mendorong munculnya gerakan separatis, karena kepercayaan terhadap negara sudah runtuh. Hal ini sudah terbukti baik di Papua maupun Aceh sebelum MoU Helsinki. Frustrasi masyarakat terhadap beban persoalan yang mereka hadapi akibat kekerasan struktural dan langsung semakin meningkat. Masyarakat merasa bahwa hak-hak mereka tidak dihargai dan perlindungan dari negara tidak ada. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengatasi kekerasan struktural dan langsung ini dengan serius demi keadilan dan keamanan masyarakat.