Kekhasan Umat dalam Kerukunan Antaragam
Dalam mencari dasar Alkitab bagi kerukunan umat antaragama, penting untuk menafsirkan kembali ayat-ayat yang memiliki sifat universal. Terlalu sering, penafsiran tradisional telah menyelubungi makna universal ini dengan penekanan pada kekhasan umat. Namun, kekhasan umat tidak boleh dipisahkan dari keuniversalan manusia. Sebagai contoh, dalam Injil Matius, terdapat perikop mengenai penghakiman terakhir. Yesus mengidentikkan pelayanan kepada-Nya dengan pelayanan kepada mereka yang tersisih dalam masyarakat. Penghakiman terakhir ini bukanlah tentang penghakiman terhadap orang yang tidak percaya, tetapi tentang penghakiman terhadap orang yang tidak menolong sesama yang membutuhkan pertolongan konkret. Dalam perikop ini, Yesus menggunakan gambaran "domba" dan "kambing" untuk menggambarkan dua kelompok manusia. Domba ditempatkan di sebelah kanan, yang berarti mereka masuk ke dalam hidup yang kekal. Sementara itu, kambing ditempatkan di sebelah kiri, yang berarti mereka masuk ke dalam siksaan yang kekal. Namun, penting untuk tidak mengidentikkan "domba" dengan partikularitas umat. Makna sebenarnya dari perikop ini adalah pentingnya menolong sesama yang membutuhkan pertolongan konkret. Dalam konteks kerukunan antaragama, penting untuk melihat kekhasan umat sebagai sarana untuk menyadari jati diri dan berkembang bersama dengan umat lain menuju keuniversalan manusia. Pembinaan keumatan tidak dapat dilaksanakan terlepas dari pembinaan kemanusiaan. Oleh karena itu, upaya menafsirkan kembali ayat-ayat yang memiliki sifat universal sangatlah mendesak. Dengan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kekhasan umat dalam konteks keuniversalan manusia, kita dapat membangun kerukunan antaragama yang lebih kuat dan saling menghormati.