Mengatasi Tren Peningkatan Intoleransi di Kalangan Siswa: Pentingnya Pendidikan Toleransi
Intoleransi di kalangan siswa merupakan tren yang perlu diwaspadai. Meskipun Indonesia memiliki modal sosial yang kuat dalam mendukung toleransi dan keberagaman, namun terdapat peningkatan sikap intoleran dan potensi terpapar radikalisme di kalangan siswa. Dalam menghadapi Pemilu 2024, penting bagi pemerintah dan semua pihak untuk mengantisipasi tren ini agar tidak memengaruhi pembangunan bangsa ke depannya. Survei yang dilakukan oleh Setara Institute dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menunjukkan bahwa secara individu, siswa menengah atas memiliki sikap toleran yang baik terhadap perbedaan. Namun, terdapat kecenderungan sikap intoleran yang tinggi terkait ideologi dan agama. Hal ini menunjukkan perlunya pendidikan toleransi yang lebih kuat di kalangan siswa. Pendidikan toleransi harus dimulai sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Guru dan orang tua memiliki peran penting dalam membentuk sikap toleransi siswa. Mereka harus memberikan contoh dan mengajarkan nilai-nilai toleransi, menghormati perbedaan, dan menghargai keberagaman. Selain itu, kurikulum sekolah juga perlu diperkaya dengan materi-materi yang mempromosikan toleransi dan mengajarkan tentang keberagaman budaya, agama, dan suku. Dengan demikian, siswa akan lebih memahami dan menghargai perbedaan, serta mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama. Selain pendidikan formal, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat pendidikan toleransi. Sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan seperti dialog antaragama, kunjungan ke tempat ibadah yang berbeda, atau kegiatan sosial bersama siswa dari berbagai latar belakang. Hal ini akan membantu siswa untuk lebih terbuka dan mengembangkan sikap toleransi. Selain itu, media juga memiliki peran penting dalam membentuk sikap siswa. Media harus bertanggung jawab dalam menyajikan informasi yang objektif dan tidak memprovokasi sikap intoleran. Siswa juga perlu dilatih untuk menjadi konsumen media yang kritis, mampu memfilter informasi yang mereka terima, dan tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang memecah belah. Dalam mengatasi tren peningkatan intoleransi di kalangan siswa, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat sangat penting. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan toleransi dan mengatasi sikap intoleran. Dengan demikian, generasi muda Indonesia akan menjadi agen perubahan yang mampu membangun masyarakat yang lebih harmonis dan toleran.