Dampak Konversi Lahan Pertanian Menjadi Perumahan di Negara-negara ASEAN
Konversi lahan pertanian menjadi permukiman marak dilakukan di negara-negara ASEAN. Hal ini menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak-dampak negatif dari konversi lahan pertanian menjadi perumahan di negara-negara ASEAN. Salah satu dampak negatif yang terjadi akibat konversi lahan pertanian adalah berkurangnya lahan pertanian. Dengan semakin banyaknya lahan yang dikonversi menjadi perumahan, lahan pertanian menjadi semakin terbatas. Hal ini berdampak pada produksi pangan di negara-negara ASEAN, yang dapat mengakibatkan ketergantungan pada impor pangan. Selain itu, konversi lahan pertanian juga menyebabkan hilangnya lahan ruang terbuka hijau. Lahan pertanian tidak hanya berfungsi sebagai tempat produksi pangan, tetapi juga sebagai ruang terbuka hijau yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan berkurangnya lahan ruang terbuka hijau, kita kehilangan tempat untuk beraktivitas di alam terbuka dan juga mengurangi kualitas udara dan lingkungan. Dampak negatif lainnya adalah berkuranngnya lahan resapan air. Lahan pertanian memiliki peran penting dalam menyerap air hujan dan mengurangi risiko banjir. Namun, dengan konversi lahan pertanian menjadi perumahan, lahan resapan air menjadi berkurang. Hal ini dapat meningkatkan risiko banjir dan mengganggu keseimbangan ekosistem air di negara-negara ASEAN. Dalam kesimpulan, konversi lahan pertanian menjadi perumahan di negara-negara ASEAN memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan. Berkurangnya lahan pertanian, hilangnya lahan ruang terbuka hijau, dan berkuranngnya lahan resapan air adalah beberapa dampak negatif yang dapat terjadi. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang bijaksana dalam mengelola konversi lahan pertanian agar dapat mengurangi dampak negatif tersebut.