Sistem Pengendalian Sosial: Preventif dan Represif
Sistem pengendalian sosial memiliki dua alasan utama: sebagai bentuk preventif untuk mencegah pelanggaran dan sebagai bentuk represif untuk mendorong individu mematuhi aturan. Pengendalian sosial preventif bertujuan untuk mencegah pelanggaran agar tidak diulang dan tidak ditiru oleh individu lainnya. Dalam konteks ini, lembaga sosial memiliki peran penting dalam mengatur dan mengontrol perilaku individu. Sebagai contoh, lembaga keluarga sering kali mengatur dan mengendalikan perilaku individu terkait dengan pernikahan. Pertanyaan seperti "Kapan menikah?" sering kali muncul dari masyarakat karena harapan dan norma yang ada. Individu yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan harapan masyarakat dapat dianggap sebagai pelanggar. Di sisi lain, pengendalian sosial juga dapat dianggap sebagai bentuk represif yang mendorong individu untuk mematuhi aturan. Teori konflik, misalnya, menganggap masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang saling bertentangan. Ketika terjadi pelanggaran atau masalah sosial, hal ini menunjukkan adanya ketimpangan atau distribusi yang tidak merata di suatu masyarakat. Tindakan kriminal dan protes sosial sering kali dikaitkan dengan teori konflik. Dalam kesimpulannya, sistem pengendalian sosial memiliki dua alasan utama: preventif dan represif. Pengendalian sosial preventif bertujuan untuk mencegah pelanggaran agar tidak diulang dan tidak ditiru oleh individu lainnya. Sementara itu, pengendalian sosial represif mendorong individu untuk mematuhi aturan dengan mengaitkannya dengan ketimpangan atau distribusi yang tidak merata di masyarakat.