Menghargai Alam: Keajaiban Terselamatkan oleh Alam
Pada suatu hari yang tenang dan damai, keindahan alam terpancar melalui suara burung berkicau dan daun pepohonan yang tertiup angin. Namun, ketenangan itu terusik oleh suara mesin dan gemuruh pepohonan yang tumbang. Di dekat tempat itu, tinggal seorang kakek yang renta. Ia terbangun oleh suara yang mengguncang telinganya dan segera melacak sumbernya. Sang kakek berusaha menghentikan gerombolan penebang kayu yang tidak menggubris teguran mereka. Namun, mereka tetap menebang pohon tanpa menghiraukan kata-kata sang kakek. Penuh keputusasaan, sang kakek berjanji untuk menanam pepohonan sebagai bentuk perlawanan. Dia berkomitmen untuk menanam sepuluh pohon setiap kali satu ditebang. Tanpa menunggu lama, bibit-bibit kecil mulai tumbuh di atas bukit tempat pohon-pohon dulu berdiri megah. Namun, takdir berkata lain saat hujan lebat turun selama tiga hari tiga malam. Sang kakek yang lelah tertidur nyenyak dan terbangun oleh suara gemuruh yang luar biasa, tetapi kantuknya membuatnya tidak menyadari bahaya yang mengancam. Keesokan paginya, sang kakek terkejut melihat tanah di sekitar rumahnya amblas dan desa kecil di bawah bukit terkubur. Merasa sedih bahwa usahanya tidak mampu mencegah bencana tersebut, sang kakek tetap bersyukur karena dirinya satu-satunya yang selamat. Dia merasakan bahwa alam telah menyelamatkannya. Sejak saat itu, sang kakek terus menanam bibit pohon di hutan. Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai alam dan menjaga keseimbangan ekosistem. Alam memiliki kekuatan luar biasa yang mampu menyelamatkan kita jika kita menyelamatkannya terlebih dahulu. Tindakan sederhana seperti menanam pohon dapat memiliki dampak besar dalam melindungi lingkungan dan mencegah bencana alam. Kita harus belajar dari sang kakek yang tidak menyerah dan tetap berjuang meski usahanya tampak kecil.