Meniti Jalan Menuju Mahkota **
Matahari terik menyinari jalan berdebu. Kaki lelah melangkah, tubuh lunglai menahan beban berat di pundak. "Kenapa aku harus menanggung ini?" bisik hati yang lelah. "Kenapa aku harus meninggalkan kenyamanan dunia?" Namun, di tengah kelelahan, sebuah suara lembut terdengar. "Jangan bimbang, jangan sungkan. Ikut Tabib!" Suara itu menenangkan, memberi kekuatan. "Pikullah salibmu saja, ikut terus; lihatlah mahkota Raja agung kudus!" Salib, simbol penderitaan, simbol pengorbanan. Namun, di baliknya tersembunyi janji. Janji akan mahkota, simbol kemenangan, simbol kejayaan. Jalan menuju mahkota tak selalu mulus. Terkadang, rintangan menghadang, duri menusuk, dan keringat membasahi tubuh. Namun, di tengah kesulitan, Tabib selalu ada. Tangan-Nya menuntun, suara-Nya menenangkan, dan kasih-Nya memulihkan. "Inginkah kau ikut Tuhan?" Pertanyaan itu bergema di dalam hati. Jawabannya hanya satu: "Ya, Tuhan, aku ingin ikut!" Dengan tekad bulat, langkah kaki kembali melangkah. Salib di pundak terasa lebih ringan, karena hati dipenuhi harapan. Harapan akan mahkota, harapan akan kemenangan, harapan akan kejayaan. Penutup:** Meniti jalan menuju mahkota bukanlah perjalanan mudah. Namun, dengan iman yang teguh dan kasih yang tak terhingga, kita akan sampai pada tujuan. Mahkota Raja agung kudus menanti, menunggu kita untuk menerimanya dengan penuh sukacita.