**Kebenaran Al-Qur'an: Menelusuri Hakikat Wahyu Ilahi** **
Surat Al-Maidah ayat 48 dengan tegas menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan oleh Allah SWT dengan haq (kebenaran). Kebenaran ini meliputi berbagai aspek, mulai dari dzat yang menurunkan, cara penurunannya, hingga kandungannya yang penuh hikmah. Namun, perlu dipahami bahwa kebenaran Al-Qur'an tidak mencakup penafsiran manusia atasnya. Mengapa penafsiran manusia atas Al-Qur'an bukan bagian dari kebenaran Al-Qur'an? Penafsiran manusia atas Al-Qur'an merupakan upaya untuk memahami dan mengaplikasikan pesan-pesan suci dalam konteks kehidupan manusia. Meskipun penting, penafsiran ini bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar belakang, pemahaman, dan interpretasi masing-masing individu. Al-Qur'an sebagai wahyu ilahi memiliki kebenaran mutlak yang tidak terpengaruh oleh penafsiran manusia. Kebenaran Al-Qur'an terletak pada dzat yang menurunkannya, yaitu Allah SWT, yang Maha Mengetahui dan Maha Benar. Cara penurunannya pun melalui perantara malaikat Jibril, yang merupakan utusan Allah SWT yang suci dan terpercaya. Kandungan Al-Qur'an sendiri merupakan wahyu ilahi yang penuh hikmah dan kebenaran. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan abadi, mampu menjawab berbagai permasalahan manusia di segala zaman. Penafsiran manusia atas Al-Qur'an, meskipun penting, tidak dapat dianggap sebagai bagian dari kebenaran Al-Qur'an. Penafsiran manusia dapat bervariasi dan bahkan terkadang melenceng dari makna sebenarnya. Oleh karena itu, penting untuk senantiasa merujuk pada sumber-sumber yang kredibel dan memahami Al-Qur'an dengan hati yang bersih dan niat yang tulus. Kesimpulan:** Kebenaran Al-Qur'an terletak pada dzat yang menurunkannya, cara penurunannya, dan kandungannya yang penuh hikmah. Penafsiran manusia atas Al-Qur'an, meskipun penting, tidak dapat dianggap sebagai bagian dari kebenaran Al-Qur'an. Memahami Al-Qur'an dengan benar membutuhkan kejernihan hati, niat yang tulus, dan rujukan pada sumber-sumber yang kredibel.