Pendekatan Kuantitatif dalam Aksiologi: Menggali Nilai dalam Gejala Sosial
Dalam penelitian aksiologi, pendekatan kuantitatif digunakan untuk memahami nilai-nilai yang ada dalam sebuah gejala sosial. Aksiologi sendiri merupakan ilmu tentang nilai, yang mencari penjelasan mengapa sebuah peristiwa terjadi dan menemukan hukum-hukum yang universal. Pendekatan ini mencari pola-pola yang sudah ada untuk menjelaskan kejadian, dan jika pola tersebut tidak cukup, mencari pola baru yang lebih universal. Sebagai contoh, kita dapat melihat tawuran antarwarga di sebuah desa. Dalam tawuran tersebut, berbagai jenis senjata digunakan, mulai dari pisau, golok, hingga senjata api. Untuk mengatasi kekerasan tersebut, aparat keamanan meminta warga untuk menyerahkan senjata-senjata yang mereka miliki. Dalam hal ini, aparat keamanan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan memberikan definisi tentang senjata sebagai benda tumpul atau benda tajam yang dapat digunakan untuk melukai atau membunuh manusia. Namun, dalam proses pengecekan, terjadi pertengkaran antara aparat keamanan dan seorang ibu. Aparat keamanan ingin menyita pisau dapur yang dimiliki oleh ibu tersebut, sedangkan ibu tersebut menganggap bahwa pisau tersebut hanya digunakan untuk memotong daging, buah, dan sayuran. Hal yang sama terjadi dengan seorang warga yang memiliki panah tergantung di dinding, yang dianggap sebagai hiasan oleh warga namun dianggap sebagai senjata tajam oleh aparat keamanan. Dalam kasus-kasus ini, terlihat bahwa pendekatan kuantitatif dengan asumsi-asumsi dasarnya melihat gejala sosial sebagai sesuatu yang nyata. Namun, individu-individu dalam gejala tersebut memiliki pandangan yang berbeda terhadap nilai-nilai yang ada. Aparat keamanan, sebagai contoh, tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang digunakan oleh ibu tentang pisau dapur atau oleh warga tentang panah hiasan. Mereka telah menggunakan nilai-nilai yang sudah universal mengenai senjata. Namun, pada hakikatnya, manusia dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada di luar dirinya. Pertengkaran antara ibu dan aparat keamanan terjadi karena dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada di luar diri mereka. Aparat keamanan memiliki nilai-nilai tentang senjata, sehingga tidak dapat menerima alasan dari ibu yang mengatakan bahwa ia tidak memiliki senjata. Hal ini menggambarkan bagaimana manusia dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di luar dirinya, dalam hal ini nilai-nilai atau kriteria mengenai senjata. Dalam penelitian aksiologi dengan pendekatan kuantitatif, penting untuk memahami bahwa nilai-nilai yang ada dalam gejala sosial dapat berbeda antara individu-individu. Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam memahami nilai-nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut memengaruhi tindakan manusia. Dalam menggali nilai dalam gejala sosial, pendekatan kuantitatif dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai yang ada dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi tindakan manusia.