Perhitungan Harga Pokok Penjualan dengan Metode FIFO dan Sistem Perpetual
PT Ninoy melakukan usaha perdagangan dan menggunakan metode FIFO (First-In, First-Out) serta sistem perpetual untuk menghit pokok penjualan. Berdasarkan perincian transaksi yang diberikan, kita dapat menghitung HPP dengan menggunakan metode dan sistem yang dipakai PT Ninoy. Pertama, kita perlu menghitung HPP untuk setiap unit yang dijual pada tanggal 25 Mei 2011. Dengan metode FIFO, kita akan mengeluarkan unit-unit yang paling lama di persediaan terlebih dahulu. Pada tanggal 1 Januari 2011, persediaan awal terdiri dari 300 unit dengan harga Rp2.000 per unit. Kemudian, pada tanggal 2 April 2011, PT Ninoy melakukan pembelian sebesar 200 unit dengan harga Rp2.250 per unit. Pada tanggal 25 Mei 2011, PT Ninoy menjual 400 unit. Dengan menggunakan metode FIFO, kita akan mengeluarkan 300 unit dari persediaan awal dengan harga Rp2.000 per unit dan 100 unit dari pembelian pada tanggal 2 April 2011 dengan harga Rp2.250 per unit. Oleh karena itu, H 400 unit yang dijual adalah (300 unit x Rp2.000) + (100 unit x Rp2.250) = Rp700.000. Selanjutnya, kita perlu menghitung HPP untuk setiap unit yang dibeli setelah tanggal 25 Mei 2011. Pada tanggal 20 Agustus 2011, PT Ninoy melakukan pembelian sebesar 150 unit dengan harga Rp2.500 per unit. Pada tanggal 21 Oktober 2011, PT Ninoy melakukan pembelian sebesar 125 unit dengan harga Rp3.500 per Pada tanggal 2 November 2011, PT Ninoy melakukan pembelian sebesar 200 unit dengan harga Rp2.600 per unit. Dengan menggunakan sistem perpetual, kita dapat menghitung HPP untuk setiap unit yang dibeli dengan harga yang berlaku pada saat pembelian tersebut terjadi. Oleh karena itu, HPP untuk 150 unit yang dibeli pada tanggal 20 Agustus 2011 adalah 150 unit x Rp2.500 = Rp375.000. HPP untuk 125 unit yang dibeli pada tanggal 21 Oktober 2011 adalah 125 unit x Rp3.500 = Rp437.500. HPP untuk 200 unit yang dibeli pada tanggal 2 November 2011 adalah 200 unit x Rp2.600 = Rp520.000. Dengan demikian, kita dapat menghitung HPP untuk setiap unit yang tersedia di PT Ninoy pada tanggal 2 November 2011. HPP untuk 300 unit yang tersisa dari persediaan awal adalah 300 unit x Rp2.000 = Rp600.000. HPP untuk 100 unit yang tersisa dari pembelian pada tanggal 2 April 2011 adalah 100 unit x Rp2.250 = Rp225.000. HPP untuk 150 unit yang tersisa dari pembelian pada tanggal 20 Agustus 2011 adalah 150 unit x Rp2.500 = Rp375.000. HPP untuk 125 unit yang tersisa dari pembelian pada tanggal 21 Oktober 2011 adalah 125 unit x Rp3.500 = Rp437.500. HPP untuk 200 unit yang tersisa dari pembelian pada tanggal 2 November 2011 adalah 200 unit x Rp2.600 = Rp520.000. Jika PT Ninoy ingin menggunakan metode yang sesuai dengan ketentuan perpajakan, mereka dapat menggunakan metode Weighted Average Cost (WAC). Dengan metode WAC, kita menghitung rata-rata harga dari semua unit yang tersedia di persediaan. Oleh karena itu, HPP untuk setiap unit yang tersedia di PT Ninoy pada tanggal 2 November 2011 adalah (Rp600.000 + Rp225.000 + Rp375.000 + Rp437.500 + Rp520.000) / (300 + 100 + 150 + 125 + 200) = Rp2.437,50 per unit. Dengan demikian, kita dapat menghitung HPP dengan menggunakan metode FIFO dan sistem perpetual, serta metode Weighted Average Cost yang sesuai dengan ketentuan perpajakan.