Penguasaan Perairan oleh Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan agraris dan perdagangan terbesar di masa lalu. Selain dikenal sebagai kerajaan agraris, Majapahit juga memiliki kekuatan maritim yang signifikan. Bukti-bukti peninggalan candi-candi di Jawa Timur dan Jawa Tengah menunjukkan adanya pengaruh maritim dalam kehidupan masyarakat Majapahit. Menurut Prapto Saptono, seorang ahli sejarah yang pernah bertugas di BP3 Jatim, jalur perdagangan Majapahit didukung oleh armada laut yang kuat. Armada ini memainkan peran penting dalam menjaga keamanan jalur perdagangan di laut utara yang sering dilalui oleh negara-negara lain. Wang Ta-Yuan, seorang pedagang Tiongkok, mencatat bahwa komoditas ekspor Jawa pada masa itu meliputi lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya meliputi mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uang yang digunakan pada masa itu terbuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Kemakmuran Majapahit diduga disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, lembah Sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur utara yang sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa kejayaannya, Majapahit membangun infrastruktur irigasi yang mendukung pertanian padi. Faktor kedua adalah pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa yang berperan penting sebagai pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah dari Maluku. Melalui perdagangan ini, Majapahit juga memperoleh pendapatan dari pajak. Berdasarkan sumber Babad Lasem dan lokasi geografis Majapahit, dapat diketahui bahwa Majapahit membutuhkan kapal perang yang mungkin ukurannya lebih kecil namun memiliki kelincahan yang tinggi. Kapal-kapal perang ini diperlukan untuk menjaga keamanan perairan Majapahit di Laut Jawa dan pelabuhan-pelabuhannya di pantai utara Jawa, seperti Lasem, Tuban (Kambangputih), Sidhayu (Sedayu), Gresik, Surabaya, dan Canggu. Meskipun bentuk dan teknologi kapal-kapal perang ini belum dapat dipastikan karena belum ditemukan bukti runtuhannya. Penguasaan perairan oleh Kerajaan Majapahit tidak hanya berdampak pada perdagangan, tetapi juga membentuk jaringan antardaerah. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak dikenal dan kerajaan-kerajaan kecil yang menghasilkan komoditas mulai mendapat perhatian. Pelabuhan-pelabuhan kecil dibangun di daerah-daerah penghasil komoditas, dan komoditas tersebut dikirim ke pelabuhan-pelabuhan besar yang menjadi pusat perdagangan. Pedagang luar negeri dengan mudah mendapatkan barang dagangan yang mereka inginkan di pelabuhan-pelabuhan ini. Akhirnya, berkembanglah jaringan perdagangan dan pemerintahan yang melibatkan seluruh Nusantara. Jaringan ini mengakomodasi perdagangan dan pemerintahan, dengan hubungan saling menguntungkan antara penguasa pusat dan kerajaan-kerajaan kecil atau daerah kekuasaan. Penguasa pusat mendapatkan pengakuan sebagai penguasa, pendapatan dari pajak, dan suplai barang dagangan yang diperlukan untuk perdagangan internasional. Sementara itu, kerajaan-kerajaan kecil atau daerah kekuasaan mendapatkan perlindungan, keamanan, dan kebanggaan karena menjadi bagian dari kekuasaan Majapahit. Dengan penguasaan perairan yang kuat, Kerajaan Majapahit mampu mencapai kemakm