Bagdad: Kota Bundar yang Megah di Tengah Gurun
Bagdad, ibu kota pemerintahan Abbasiyah, adalah sebuah kota yang dibangun pada masa pemerintahan Al-Mansur. Sebelumnya, ibu kota negara berada di al-Hasyimiyah, tetapi karena Bagdad berdekatan dengan Kutah, tempat pergerakan kaum Syiah, Al-Mansur memindahkan ibu kota ke Bagdad yang terletak di sebelah barat Sungai Tigris. Tujuan dari pemindahan ini adalah untuk memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri. Bagdad kemudian dinamai Madinatus Salam, yang berarti "kota perdamaian", oleh Khalifah Abbasiyah. Dalam membangun kota ini, Khalifah Al-Mansur sangat teliti dan cermat dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi tersebut. Para ahli tersebut melaporkan kepada beliau tentang keadaan udara, tanah, dan lingkungan setelah melakukan penelitian yang saksama. Setelah itu, daerah ini ditetapkan sebagai ibu kota dan pembangunan pun dimulai. Untuk membangun kota Bagdad, Khalifah Al-Mansur mempekerjakan ahli bangunan yang terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, dan ahli pahat. Mereka didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah, dengan jumlah total sekitar 100.000 orang. Bagdad dirancang dalam bentuk bundar, sehingga kota ini dikenal sebagai Kota Bundar (al-Mudawwarah). Di sekelilingnya terdapat tembok besar yang memagari kota dengan tinggi 90 kaki atau sekitar 27 meter. Di luar tembok, dibuat parit sebagai saluran air sekaligus benteng pertahanan. Terdapat empat pintu gerbang yang disediakan untuk setiap orang yang ingin memasuki kota, yaitu Babul Kufah di sebelah barat daya, Babusy Syam di barat laut, Babul Basrah di tenggara, dan Babui Khurasan di timur laut. Di antara masing-masing pintu gerbang ini, dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal negara yang bertugas mengawasi keadaan di luar. Di atas setiap pintu gerbang, dibangun sebuah peristirahatan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran yang indah. Di tengah-tengah kota terletak istana khalifah yang didesain menurut arsitektur Persia. Istana ini dikenal dengan nama al-Qashr adz-Dzahabl, yang berarti "istana emas". Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid bernama Masjid Jami' al-Mansur, tempat pengawal istana, polisi, serta tempat tinggal putra-putri dan keluarga khalifah. Di sekitar istana, dibangun juga tempat perbelanjaan serta jalan raya yang menghubungkan keempat pintu gerbang. Bagdad, dengan keindahan arsitektur dan keunikan desainnya, menjadi sebuah kota yang megah di tengah gurun. Kota ini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan Abbasiyah, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan yang makmur. Bagdad adalah bukti kemajuan dan kejayaan peradaban Islam pada masa itu. Sumber: asniportal.com, republika.co.id