Konflik antara Masyarakat Desa Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Timur dengan PT Fajar Saura Lestari
Penelitian yang dilakukan oleh Endang Periady, Fatmawati, dan Pabaii Musa dari Program Magister Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat dan FISIP Untan mengungkapkan adanya konflik antara masyarakat Desa Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Timur dengan PT Fajar Saura Lestari. Konflik ini disebabkan oleh kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya yang diakibatkan oleh industri perkebunan kelapa sawit. Salah satu faktor pemicu konflik ini adalah perasaan bahwa masyarakat Desa Batu Ampar masih dianggap sebagai "buruh" di tanah mereka sendiri. Masyarakat merasa bahwa kehadiran perusahaan perkebunan sawit tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi kehidupan mereka. Selain itu, kesenjangan komunikasi juga menjadi penyebab konflik ini semakin memanas. Masyarakat Desa Batu Ampar menuntut agar tanah yang telah diserahkan kepada perusahaan segera dikembalikan kepada mereka, karena tanah tersebut sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Mereka juga menilai bahwa PT Fajar Saura Lestari tidak serius dalam mengembangkan perkebunan dan justru menciptakan kemiskinan di masyarakat. Perusahaan ini dinilai mendapatkan tiga keuntungan, yaitu bagi hasil 70:30, janji-janji yang tidak sesuai dengan kenyataan saat sosialisasi, dan dukungan dari aparatur pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan hidup masyarakat cenderung diabaikan. Masyarakat Desa Batu Ampar telah mengadukan masalah ini kepada pemerintah, namun penyelesaian yang dilakukan terkesan "setengah hati" atau dengan jalan tengah. Oleh karena itu, masyarakat menilai bahwa keputusan dan regulasi yang tegas perlu diterapkan untuk menggantikan sistem perkebunan yang menguntungkan perusahaan dengan menjadikan masyarakat sebagai tumpuan alternatif dalam perkebunan sawit. Untuk menyelesaikan konflik ini, Muspika Kecamatan Batu Ampar dan Bupati Kubu Raya telah mengusulkan dua opsi. Opsi pertama adalah melanjutkan kerja sama 70:30 antara masyarakat dan perusahaan. Opsi kedua adalah masyarakat yang meminta lahan mereka dikembalikan harus mengganti kerugian perusahaan dengan jumlah yang telah dikeluarkan untuk membangun kebun sawit. Namun, opsi kedua ini hanya akan diberlakukan jika masyarakat dapat melihat langsung bukti pembangunan lahan dari PT Fajar Saura Lestari. Dalam kesimpulan, konflik antara masyarakat Desa Batu Ampar dengan PT Fajar Saura Lestari di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Timur disebabkan oleh kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat merasa bahwa kehadiran perusahaan perkebunan sawit tidak memberikan manfaat yang signifikan bagi mereka dan bahwa kepentingan hidup mereka diabaikan. Penyelesaian konflik ini masih dalam tahap negosiasi antara pemerintah dan masyarakat.