Senyum di Balik Bayangan **
Matahari sore menerobos celah jendela kayu, menerangi kamar kecil yang dipenuhi mainan kayu dan buku bergambar. Di sana, duduklah seorang anak laki-laki bernama Rian, asyik menumpuk balok kayu berwarna-warni. Senyum tipis menghiasi wajahnya, namun sorot matanya menyimpan kerinduan yang tak terucapkan. Rian adalah anak yang berbeda. Ia sering dicemooh teman-temannya karena ayahnya memiliki gangguan kejiwaan. Kata-kata kasar dan tatapan sinis kerap menghantuinya, membuat Rian merasa terasing dan sulit membaur. Namun, Rian bukanlah anak yang mudah menyerah. Ia memilih untuk menghibur dirinya sendiri dengan bermain, membaca, dan menggambar. Dunia imajinasinya menjadi pelarian dari kenyataan pahit yang dihadapinya. Di sana, Rian bisa menjadi siapa saja yang ia inginkan, bebas dari cemoohan dan rasa sakit. Rian seringkali berbisik pada dirinya sendiri, "Semua akan baik-baik saja." Ia berharap suatu hari nanti, orang-orang akan mengerti bahwa ayahnya bukanlah monster, melainkan manusia yang sedang berjuang melawan penyakitnya. Ia berharap bisa diterima dan disayangi seperti anak-anak lainnya. Senyum Rian mungkin terlihat tipis, namun di baliknya tersimpan tekad yang kuat untuk terus berjuang. Ia percaya bahwa kebaikan dan kasih sayang akan selalu ada, meskipun terkadang tersembunyi di balik bayangan. Catatan:** Cerita ini menggambarkan perjuangan seorang anak yang menghadapi tantangan dalam hidupnya. Meskipun menghadapi kesulitan, Rian tetap berusaha untuk menemukan kebahagiaan dan harapan. Cerita ini menekankan pentingnya empati dan penerimaan terhadap orang-orang yang berbeda.