Mengarungi Lautan: Petualangan Pertamaku dan Pelajaran Keberania
Perjalanan panjang dan melelahkan akhirnya mencapai puncaknya saat aku menaiki ferry menuju penyeberangan Renty Bakauheuni. Kecemasan bercampur dengan rasa penasaran yang luar biasa. Ini adalah pengalaman pertamaku mengarungi lautan, dan rasa takut yang menggigit mulai terasa. Tubuhku pegal, telapak kakiku bengkak, namun antisipasi akan petualangan baru mengalahkan rasa lelah. Begitu kapal berlayar, badai kecil menguji keberanianku. Deburan ombak yang ganas, angin yang bertiup kencang, dan goyangan kapal yang hebat membuatku cemas. Air laut yang asin membasahi wajah dan bajuku. Aku merasa mual dan takut. Namun, pegangan erat pada pagar besi dan doa-doa yang terucap pelan membantu meredakan ketakutanku. Melihat Ayah yang tenang, memeluk tiang besi, memberikan kekuatan tersendiri. Kata-kata penghiburannya, "Nda' ba'a do, sebentar lagi kita sampai!", menjadi pendorong semangatku. Pengalaman ini mengajarkan saya arti keberanian sejati. Keberanian bukan berarti tanpa rasa takut, tetapi berani menghadapi rasa takut itu. Keberanian adalah tentang mengatasi kecemasan dan tetap teguh menghadapi tantangan. Meskipun awalnya menakutkan, perjalanan laut ini memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan. Dari awalnya cemas dan mual, akhirnya aku merasakan kebanggaan dan rasa syukur saat kapal merapat di pelabuhan tujuan. Perjalanan ini bukan hanya sekadar menyeberangi lautan, tetapi juga menyeberangi rasa takut dalam diriku sendiri. Dan di ujungnya, ada rasa lega dan pencapaian yang luar biasa.