Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi dan Hubungannya dengan Pancasil
Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi adalah peristiwa yang mengejutkan dan menunjukkan kekerasan terhadap kelompok tertentu. Peristiwa ini dimulai dengan pendataan dukun atau orang-orang yang masih memiliki kekuatan magis oleh Purnomo Sidik, bupati Banyuwangi pada saat itu. Purnomo Sidik mengirimkan radiogram kepada seluruh jajaran aparat pemerintah dari camat hingga kepala desa untuk mendata orang-orang yang dianggap dukun santet. Radiogram itu dikeluarkan oleh Bupati pada 6 Februari 1998. Sejatinya pendataan ini dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang yang diduga merupakan dukun santet di Banyuwangi. Namun, hal yang terjadi justru sebaliknya. Radiogram berisi data orang-orang yang diduga dukun, bocor dan diterima oleh sekelompok orang. Akhirnya, data tersebut justru memberi informasi kepada kelompok tertentu untuk melakukan penyisiran, kekerasan, dan pembunuhan massal terhadap orang-orang yang diduga dukun santet di Banyuwangi. Ketika radiogram dari Purnomo Sidik baru dikeluarkan pada Februari 1998, sudah terjadi pembunuhan terhadap orang-orang yang dituding sebagai dukun santet di Banyuwangi. Sejak Januari hingga Maret 1998, dilaporkan terjadi 5 kasus pembunuhan terhadap dukun santet di Banyuwangi. Adapun korban pembunuhan telah mencapai puluhan orang pada September. Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi adalah pelanggaran yang jelas terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang menekankan pentingnya menghargai keberagaman dan menghindari diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak dihormati dan tidak dijalankan oleh beberapa orang. Peristiwa ini menunjukkan bahwa masih ada kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap kelompok-kelompok tertentu di Indonesia. Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi juga menunjukkan pentingnya mengambil tindakan yang tepat terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menghadapi ancaman atau kekerasan. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan adil bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang atau keyakinan mereka. Ini termasuk memberikan perlindungan kepada orang-orang yang diduga menjadi dukun santet dan mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang terlibat dalam kekerasan atau pembunuhan. Pembantaian Dukun Santet di Banyuwangi adalah peringatan yang jelas bahwa kita masih memiliki jarak yang jauh untuk mencapai tujuan Pancasila. Namun, dengan meningkatkan pemahaman, penerimaan, dan perlindungan terhadap kelompok-kelompok tertentu, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab, di mana semua orang dapat hidup dengan aman dan damai.