Perbandingan Jarak Antar Departemen Menggunakan Metode Rectilinier dan Euclidean Distance di PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas
PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengisian dan distribusi tabung gas. Dalam operasionalnya, perusahaan ini memiliki beberapa departemen yang saling bekerja sama untuk memastikan kelancaran proses produksi. Salah satu aspek penting dalam pengaturan tata letak departemen adalah jarak antar departemen yang optimal. Dalam penelitian ini, kami akan membandingkan dua metode yang umum digunakan untuk mengukur jarak antar departemen, yaitu metode rectilinier dan euclidean distance. Metode rectilinier mengukur jarak dengan mengikuti jalur tegak lurus, sedangkan euclidean distance mengukur jarak lurus antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas lainnya. Pertama, mari kita lihat hasil perhitungan jarak antar departemen menggunakan metode rectilinier. Dalam metode ini, jarak antar departemen dihitung dengan rumus \( \mathrm{d}_{\mathrm{ab}}=|\mathrm{Xa}-\mathrm{Xb}|+|\mathrm{Ya}-\mathrm{Yb}| \), di mana \( \mathrm{Xa} \) dan \( \mathrm{Xb} \) adalah koordinat \( \mathrm{x} \) pada pusat fasilitas \( \mathrm{a} \) dan \( \mathrm{b} \), sedangkan \( \mathrm{Ya} \) dan \( \mathrm{Yb} \) adalah koordinat \( \mathrm{y} \) pada pusat fasilitas \( \mathrm{a} \) dan \( \mathrm{b} \). Hasil perhitungan jarak antar departemen menggunakan metode rectilinier pada PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Jarak Antar Departemen Menggunakan Metode Rectilinier \begin{tabular}{|c|c|} \hline Aliran & Jarak (m) \\ \hline A & 11,9 \\ B & 4,1 \\ C & 2,3 \\ D & 0 \\ \hline \end{tabular} Selanjutnya, mari kita lihat hasil perhitungan jarak antar departemen menggunakan metode euclidean distance. Dalam metode ini, jarak antar departemen dihitung dengan rumus \( \mathrm{d}_{\mathrm{ab}}=\sqrt{(\mathrm{Xa}-\mathrm{Xb})^{2}+(\mathrm{Ya}-\mathrm{Yb})^{2}} \), di mana \( \mathrm{Xa} \) dan \( \mathrm{Xb} \) adalah koordinat \( \mathrm{x} \) pada pusat fasilitas \( \mathrm{a} \) dan \( \mathrm{b} \), sedangkan \( \mathrm{Ya} \) dan \( \mathrm{Yb} \) adalah koordinat \( \mathrm{y} \) pada pusat fasilitas \( \mathrm{a} \) dan \( \mathrm{b} \). Hasil perhitungan jarak antar departemen menggunakan metode euclidean distance pada PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Jarak Antar Departemen Menggunakan Metode Euclidean Distance \begin{tabular}{|c|c|} \hline Aliran & Jarak (m) \\ \hline A & 8,77 \\ B & 3,04 \\ C & 4,34 \\ D & 0 \\ \hline \end{tabular} Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jarak antar departemen yang dihasilkan oleh kedua metode. Metode rectilinier cenderung menghasilkan jarak yang lebih panjang dibandingkan dengan euclidean distance. Hal ini disebabkan oleh pengukuran rectilinier yang mengikuti jalur tegak lurus, sehingga jarak yang dihasilkan menjadi lebih besar. Dalam konteks PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas, perbedaan jarak antar departemen dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas operasional. Oleh karena itu, pemilihan metode pengukuran jarak yang tepat sangat penting untuk memastikan tata letak departemen yang optimal. Dalam penelitian ini, kami telah membandingkan metode rectilinier dan euclidean distance dalam mengukur jarak antar departemen di PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa euclidean distance menghasilkan jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan metode rectilinier. Namun, pemilihan metode yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik perusahaan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan metode pengukuran jarak antar departemen, PT. SPPBE Kuta Lhokseumawe Gas dapat mengoptimalkan tata letak departemen mereka untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional.