Saat Senyum Ria Hilang **
Latihan menari itu melelahkan. Keringat membasahi tubuh Ria, napasnya tersengal-sengal. Namun, senyumnya tak pernah pudar. Ia begitu bersemangat untuk menampilkan yang terbaik di pertunjukan mendatang. Tiba-tiba, tubuh Ria limbung. Pandangannya berkunang-kunang, dan seketika dunia terasa gelap. Ia terjatuh, pingsan. Shani, kakaknya, yang sedari tadi memperhatikan Ria, langsung berlari menghampiri. Wajahnya pucat pasi. Ia berusaha membangunkan Ria, memanggil namanya dengan suara gemetar. Namun, Ria tak kunjung membuka mata. Gracia, Feni, dan Sisca, sahabat Shani, berhamburan menghampiri. Mereka berusaha menenangkan Shani yang panik. "Tenang, Shan. Kita akan bawa Ria ke rumah sakit," ucap Gracia, tangannya menepuk bahu Shani. Shani terduduk lemas di samping Ria. Air matanya menetes, membasahi pipi. Ia tak pernah membayangkan adiknya yang selalu ceria dan penuh semangat bisa terkapar seperti ini. "Ria, bangun, sayang. Kakak takut," lirih Shani, suaranya bergetar. Saat itu, Shani merasakan betapa rapuhnya Ria. Ia menyadari bahwa kebahagiaan Ria, senyumnya, adalah hal yang paling berharga baginya. Ia berjanji akan selalu menjaga Ria, melindungi adiknya dari segala bahaya. Ambulans datang, membawa Ria ke rumah sakit. Shani, Gracia, Feni, dan Sisca menyusul di belakang. Mereka berdoa agar Ria segera pulih dan kembali tersenyum seperti biasanya. Catatan:** * Cerita ini menekankan pada hubungan kakak-adik yang penuh kasih sayang dan persahabatan yang kuat. * Fokus cerita pada emosi dan kepanikan Shani saat Ria pingsan, serta usaha sahabat-sahabatnya untuk menenangkannya. * Cerita berakhir dengan harapan dan optimisme bahwa Ria akan segera pulih.