Senja di Jembatan Tua **
** Mentari mulai meredup, meninggalkan jejak jingga di ufuk barat. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering, menyapa sore yang hening. Di atas jembatan tua yang membentang di atas sungai, seorang gadis muda bernama Rara duduk termenung. Matanya menatap aliran air yang tenang, pikirannya melayang ke masa lalu. Jembatan tua ini menyimpan banyak kenangan bagi Rara. Di sini, ia pernah bermain petak umpet dengan teman-temannya, berlari-lari kegirangan. Di sini pula, ia pernah duduk berdampingan dengan sang kekasih, berbagi cerita dan mimpi. Namun, semua itu kini tinggal kenangan. Sang kekasih telah pergi, meninggalkan Rara dalam kesedihan. Rara menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca. Ia teringat saat-saat indah yang pernah mereka lalui bersama. Senyum sang kekasih, tawa mereka yang membahana, dan janji-janji manis yang pernah terucap. Semua itu kini hanya tinggal bayangan. Matahari semakin tenggelam, langit berubah warna menjadi jingga keemasan. Cahaya senja menerpa wajah Rara, membuatnya tampak lebih sendu. Ia merasakan kesepian yang mendalam, namun di balik kesedihannya, ada secercah harapan. Rara menyadari bahwa hidup harus terus berjalan, meskipun kehilangan telah menyapa. Ia akan terus mengingat kenangan indah bersama sang kekasih, dan menjadikan itu sebagai motivasi untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Rara bangkit dari duduknya, matanya menatap langit senja yang semakin gelap. Ia tersenyum tipis, hatinya terasa lebih tenang. Ia tahu, bahwa senja akan selalu datang, dan mentari akan selalu terbit kembali. Begitu pula dengan kehidupan, akan selalu ada harapan dan kebahagiaan yang menanti di balik setiap kesulitan.