Bagaimana Bukit Safa dan Marwah Mengajarkan Kita tentang Kesabaran dan Ketekunan?
Di tengah padang pasir tandus Mekah, berdirilah dua bukit kecil, Safa dan Marwah, yang menyimpan kisah abadi tentang keimanan, ketekunan, dan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan. Bagi umat Muslim di seluruh dunia, Safa dan Marwah bukan sekadar landmark geografis; mereka adalah simbol dari perjalanan spiritual yang menuntut kesabaran dan ketekunan yang tak tergoyahkan. Kisah tentang Siti Hajar, seorang ibu yang berlari di antara kedua bukit ini dengan putus asa mencari air untuk putranya yang masih bayi, Nabi Ismail, telah menjadi sumber inspirasi bagi jutaan orang, mengajarkan mereka nilai-nilai penting dalam menghadapi kesulitan hidup.
Meneladani Ketabahan Hati Siti Hajar
Ketika Nabi Ibrahim, mengikuti perintah Tuhan, meninggalkan Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih bayi di lembah tandus Mekah, Siti Hajar tidak diliputi keputusasaan. Sebaliknya, ia menunjukkan keimanan yang tak tergoyahkan kepada Tuhan, percaya bahwa Dia tidak akan meninggalkannya. Ia berlari bolak-balik antara bukit Safa dan Marwah, mencari sumber air di bawah terik matahari yang membakar. Setiap kali harapannya memudar, ia mendaki bukit, berharap untuk melihat tanda-tanda kehidupan. Ketekunannya yang tak henti-hentinya adalah bukti kesabaran dan kepercayaannya kepada rencana Tuhan.
Pelajaran Kesabaran dari Sa'i
Tindakan Siti Hajar berlari di antara Safa dan Marwah, yang dikenal sebagai Sa'i, merupakan bagian integral dari ibadah haji, ziarah tahunan ke Mekah. Umat Muslim dari seluruh dunia, tanpa memandang status sosial atau latar belakang mereka, melakukan Sa'i, menelusuri kembali langkah-langkah Siti Hajar. Tindakan fisik ini berfungsi sebagai pengingat akan kesabaran dan ketekunannya dan mengajarkan kita bahwa bahkan dalam menghadapi kesulitan yang paling berat sekalipun, kita tidak boleh kehilangan harapan dalam rahmat Tuhan.
Ketekunan: Kunci Menggapai Rahmat Tuhan
Kisah Safa dan Marwah mengajarkan kita bahwa kesabaran bukanlah kepasifan, melainkan perjuangan yang aktif dan gigih. Siti Hajar bisa saja dengan mudah menyerah pada keputusasaan, tetapi ia memilih untuk bertindak, untuk terus mencari, untuk menjaga harapan tetap hidup. Ketekunannya dihargai ketika Tuhan mengaruniakan mata air ajaib, Zamzam, di kaki Nabi Ismail. Mata air ini, yang terus mengalir hingga hari ini, adalah bukti kekuatan kesabaran dan bukti bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka yang percaya kepada-Nya.
Kisah Safa dan Marwah adalah bukti kekuatan iman, ketekunan, dan penyerahan diri kepada kehendak Tuhan. Ini adalah kisah abadi yang terus beresonansi dengan jutaan orang di seluruh dunia, mengingatkan mereka bahwa bahkan dalam menghadapi kesulitan, kesabaran dan ketekunan adalah kunci untuk mencapai rahmat dan karunia Tuhan. Saat kita menavigasi pasang surut kehidupan, marilah kita mengingat pelajaran dari Safa dan Marwah, menarik kekuatan dan inspirasi dari kisah Siti Hajar, dan menghadapi tantangan kita dengan ketabahan hati dan keyakinan yang tak tergoyahkan.