Menjadi Anak Allah: Refleksi Pribadi atas 1 Yohanes 3:1-10 **
Ayat 1 Yohanes 3:1-10 merupakan ajakan mendalam untuk merenungkan identitas kita sebagai anak Allah. Ayat ini bukan sekadar pernyataan teologis, tetapi sebuah panggilan untuk hidup yang nyata dan berdampak. Pertama, ayat ini menegaskan bahwa kita adalah anak Allah, bukan karena perbuatan kita, tetapi karena kasih karunia-Nya. Ini adalah kebenaran yang mendasar dan melepaskan kita dari beban untuk membuktikan diri. Kita diterima bukan karena prestasi, tetapi karena kasih Allah yang tak terukur. Kedua, ayat ini menekankan pentingnya hidup sesuai dengan identitas kita sebagai anak Allah. Kita dipanggil untuk menjauhi dosa dan hidup dalam kasih. Kasih bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan karakter Allah. Ketiga, ayat ini memberikan harapan dan jaminan. Meskipun kita masih bergumul dengan dosa, Allah setia untuk mengampuni dan membersihkan kita. Kasih-Nya yang sempurna mengalahkan segala kesalahan kita. Refleksi pribadi atas ayat ini membawa saya pada kesadaran bahwa menjadi anak Allah bukan sekadar gelar, tetapi sebuah tanggung jawab. Saya dipanggil untuk hidup dalam kasih, mengasihi sesama seperti Allah mengasihi saya. Saya juga diingatkan bahwa perjalanan ini tidak selalu mudah, tetapi Allah selalu menyertai saya. Kasih-Nya adalah kekuatan yang mendorong saya untuk terus bertumbuh dan menjadi serupa dengan-Nya. Penutup:** 1 Yohanes 3:1-10 bukan sekadar ayat Alkitab, tetapi sebuah panggilan untuk hidup yang penuh makna. Dengan merenungkan ayat ini, kita dapat menemukan identitas kita sebagai anak Allah, hidup dalam kasih, dan mengalami kasih karunia-Nya yang melimpah. Semoga refleksi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk terus bertumbuh dalam kasih dan menjadi serupa dengan Allah.