Model Hierarchy of Effects dalam Perilaku Konsumen: Konsep dan Contoh
Model Hierarchy of Effects adalah kerangka kerja yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian. Model ini menggambarkan serangkaian tahapan yang harus dilalui oleh konsumen sebelum mereka akhirnya membeli suatu produk atau layanan. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan konsep Model Hierarchy of Effects dan memberikan contoh-contoh yang relevan. Tahap pertama dalam Model Hierarchy of Effects adalah Awareness (kesadaran). Pada tahap ini, konsumen menjadi sadar akan adanya produk atau layanan yang tersedia di pasar. Misalnya, seorang konsumen mungkin melihat iklan televisi tentang sebuah merek sepatu baru dan menjadi sadar akan keberadaan merek tersebut. Tahap berikutnya adalah Knowledge (pengetahuan). Pada tahap ini, konsumen mencari informasi lebih lanjut tentang produk atau layanan yang mereka sadari. Misalnya, konsumen dapat membaca ulasan online tentang merek sepatu tersebut dan mencari tahu tentang fitur-fitur yang ditawarkan. Setelah memiliki pengetahuan yang cukup, konsumen akan memasuki tahap Liking (kesukaan). Pada tahap ini, konsumen mulai mengembangkan preferensi dan perasaan positif terhadap produk atau layanan. Misalnya, konsumen mungkin menyukai desain sepatu tersebut atau mendengar testimoni positif dari teman-teman mereka. Tahap selanjutnya adalah Preference (preferensi). Pada tahap ini, konsumen mulai memilih merek atau produk yang mereka sukai dari berbagai pilihan yang tersedia. Misalnya, konsumen mungkin memilih merek sepatu tersebut daripada merek lain yang memiliki fitur serupa. Tahap terakhir dalam Model Hierarchy of Effects adalah Purchase (pembelian). Pada tahap ini, konsumen akhirnya melakukan pembelian produk atau layanan yang mereka pilih. Misalnya, konsumen membeli sepatu merek tersebut dari toko atau melalui platform online. Contoh yang relevan dengan Model Hierarchy of Effects adalah kampanye iklan Coca-Cola. Melalui iklan yang kreatif dan menarik, Coca-Cola berhasil menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk mereka di kalangan konsumen. Selanjutnya, dengan menggunakan selebriti dan cerita yang menginspirasi, Coca-Cola berhasil membangun kesukaan dan preferensi terhadap merek mereka. Akibatnya, konsumen lebih cenderung memilih Coca-Cola daripada merek minuman ringan lainnya saat mereka melakukan pembelian. Dalam kesimpulan, Model Hierarchy of Effects adalah kerangka kerja yang membantu kita memahami bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian. Dengan melalui tahapan-tahapan seperti kesadaran, pengetahuan, kesukaan, preferensi, dan pembelian, konsumen akhirnya memilih dan membeli produk atau layanan yang mereka inginkan. Contoh-contoh seperti kampanye iklan Coca-Cola membantu menggambarkan penerapan model ini dalam kehidupan nyata.